NEW YORK- Harga minyak lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (9/7) pagi WIB, berbalik menguat dari penurunan dua hari beruntun. Hal ini dodorong oleh penurunan besar dalam persediaan minyak mentah dan bahan bakar minyak di Amerika Serikat.

Namun kenaikan harga minyak dibatasi ketidakpastian tentang pasokan global di tengah perselisihan antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) atas rencana produksi mereka.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah US$74 sen atau 1,0%, menjadi ditutup pada US$72,94 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah diperdagangkan hingga terendah sesi US$70,76.

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik US$69 sen atau 0,9% menjadi ditutup pada US$74,12 per barel di London ICE Futures Exchange.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS turun 6,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 2 Juli, sementara persediaan bensin turun 6,1 juta barel dan sekitar 2,0% di bawah rata-rata lima tahun untuk tahun ini.

Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan stok minyak mentah turun 6,2 juta barel, sementara pasokan bensin diperkirakan turun 1,7 juta barel.

Analis mengatakan aksi jual di pasar ekuitas global dan berlanjutnya reli dalam obligasi pemerintah AS, yang mencerminkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi, terus membatasi kenaikan harga minyak, di tengah kekhawatiran tentang penyebaran varian delta virus corona.

Ketidakpastian tetap ada atas kebuntuan OPEC yang berkelanjutan. Perdagangan minyak telah bergejolak setelah pembicaraan oleh OPEC dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, gagal mencapai kesepakatan pada Senin (5/7). Rusia sekarang memimpin upaya mengatasi perpecahan antara Saudi dan Uni Emirat Arab untuk membantu mencapai kesepakatan guna meningkatkan produksi minyak dalam beberapa bulan mendatang, kata tiga sumber OPEC+.

“Kegagalan perjanjian produksi belum tentu merupakan kabar baik bagi harga minyak,” kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Rabu (7/7).

Menurut Weibnerg, harga minyak mungkin hanya akan naik lebih jauh jika OPEC+ tetap pada kesepakatan pengurangan produksinya, yaitu dengan produksi minyak dinaikkan hanya pada Juli dan kemudian dipertahankan stabil hingga April 2022. (RA)