JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Subholding Gas Pertamina berkomitmen mengoptimalkan layanan gas bumi melalui pengembangan infrastruktur dan utilisasi gas bumi.
M. Haryo Yunianto, Direktur Utama PGN, mengatakan pada usia 56 tahun ini PGN mengelola pipa sepanjang ±10.688 Km. Dari infrastruktur tersebut, PGN telah mendistribusikan gas bumi ke 506.186 pelanggan yang tersebar di 17 provinsi dan mencakup 63 kabupaten/ kota. Upaya pemerataan energi di sektor rumah tangga melalui jargas pun telah terealisasi di 503.601 sambungan rumah.
PGN dan holding migas bersepakat untuk bersama-sama memberikan tambahan value terhadap layanan dan sinergi baik BUMN maupun Pertamina Grup untuk kepada masyarakat di seluruh pelosok negeri.
“Support dari Pertamina Grup dan seluruh dewan komisaris sangat diperlukan untuk memberikan persetujuan pada program-program yang akan dilakukan ke depan. Dukungan juga diharapkan untuk PGN bisa bersinergi dengan Pertamina Grup. Dikarenakan kami perlu penerapan alokasi gas yang akan kami manfaatkan. Kami juga perlu bekerja sama dengan Subholding Kilang yang menjadi salah satu backbone kami,” ujar Haryo, Selasa (25/5).
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, berharap PGN terus tumbuh untuk memenuhi kebutuhan gas bumi di berbagai wilayah di Indonesia secara merata.
“Tema Growing Together. Growing saya memaknai bahwa PGN akan bertumbuh secara berkelanjutan (sustainable grow). Sedangkan Together, PGN berkomitmen untuk melakukan sinergi, kolaborasi, dan integrasi baik dengan pertamina grup maupun stakeholder lainnya. Semangatnya adalah semangat milenial. Jadi, growing together dan spirit ini adalah yang kami harapkan dan akan diimplementasikan di Pertamina Grup,” ungkap Nicke.
Menurut Nicke, PGN berpeluang besar untuk terus tumbuh di era transisi energi saat ini. Sesuai dengan arah transisi energi di dunia. Maka PGN sebagai bagian dari Holding Migas akan melaksanakan, menjalankan, dan menyongsong energi masa salah satunya yaitu gas. Hal ini juga sesuai dengan National Green Strategy yang sudah disetujui Presiden Joko Widodo bahwa akan dilakukan transisi dari fosil oil menuju new and renewable energy.
“Di dalam transisi energi, kita yang biasanya bergantung dengan energi impor. Kemudian sudah ada niat mulai tahun 2027 tidak boleh lagi ada impor LPG. Maka jargas yang harus didorong. Saya mendorong PGN membangun tidak hanya 50.000 SR, tapi lebih dengan pendanaan mandiri, Saya yakin dengan semangat yang dimiliki PGN, semua target dapat dijalankan,” ujar Nicke.
Menurut dia, di tengah transisi energi saat ini adalah masa kejayaaan gas dan ini yang harus dibangun PGN. Selain itu, sebagian besar bisnis Pertamina adalah BBM, sehingga PGN dengan infrastruktur yang sudah dibangun, baik midstream maupun downstream perlu diperluas lagi.
“Jadi harus membangun infrastruktur midstream dan downstream untuk gas di seluruh wilayah Indonesia. Ini adalah potensi yang luar biasa sehingga bagi Pertamina Grup, gas bisnis akan menjadi salah satu pilar utama andalan energi masa depan,” kata Nicke.
Ketika pandemi COVID-19 terjadi, pemerintah juga mengandalkan kontribusi PGN dalam pasokan gas melalui Kepmen ESDM 89.K dan 91.K 2020. Faktanya, kebijakan tersebut bisa membantu industri nasional untuk tetap bertahan di masa pandemi.
Selain itu, terdapat ekspektasi bagi PGN untuk masuk ke pasar global. Hal itu juga tantangan yang bisa dijalankan PGN dengan sinergi. Bagi Pertamina Grup, terbuka sekali kerja sama dan peluang bisnis untuk gasifikasi di seluruh subholding dari hulu hingga hilir.
“Ada juga target dari pemerintah untuk gasifikasi pembangkit listrik PLN. Ada 3.000 MW yang hari ini masih menggunakan fuel, maka proyek gasifikasi adalah potensi yang sangat besar bagi PGN untuk menjalankannnya. Jadi infrastruktur gas, baik untuk pembangkit listrik maupun industri dan rumah tangga harus dibangun,” kata Nicke.(RI)
Komentar Terbaru