JAKARTA – PT PLN (Persero) menyanggupi permintaan Pemerintah Myanmar untuk memberikan asistensi atau pendampingan, dalam rangka menurunkan angka losses (produksi listrik yang hilang).
Permintaan asistensi itu, disampaikan Ministry of Electric Power (Kementerian Ketenagalistrikan) Myanmar kepada PLN, menyusul keberhasilan perusahaan listrik milik Pemerintah Indonesia ini, dalam menurunkan angka losses hingga tinggal 9% pada akhir 2012.
Direktur Program Kerjasama PLN dengan MOEP (Ministry of Electric Power) Myanmar, Harry Hartoyo mengungkapkan, angka losses 9% yang berhasil dicapai PLN, tergolong yang paling rendah di kawasan Asia Tenggara. Myanmar sendiri angka losses-nya masih 26% per tahun. Beberapa negara berkembang lain, seperti India masih mengalami losses 24% per tahun, dan Brazil 16% per tahun.
Maka dari itu, dalam kesempatan kunjungannya ke Indonesia pekan ini, Deputy Minister, U Aung Than Oo, yang memimpin delegasi MOEP Myanmar ke Indonesia, menyatakan bahwa MOEP berharap agar Indonesia, dalam hal ini PLN, dapat membantu menekan tingginya angka losses di Myanmar.
“Kami di Myanmar menghadapi persoalan yang hampir sama dengan yang pernah dihadapi Indonesia beberapa waktu lalu, losses kami cukup tinggi. PLN kami nilai berhasil menurunkan losses dari dua digit menjadi single digit, yaitu 9%,” ujarnya.
“Kami berharap PLN dapat berbagi ilmu, dan membantu kami untuk menurunkan losses,” ujar U Aung Than Oo saat mengunjungi Distribution Control Center (DCC) yang berada di kantor PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang.
Terkait kesanggupan PLN membantu Myanmar, Harry Hartoyo mengatakan pihaknya akan memberikan asistensi khusus bagi MOEP, dalam upaya menurunkan angka energy losses. PLN melalui tim khusus yang telah dibentuk, akan menjadikan kota Yangon di Myanmar, sebagai pilot project dalam menurunkan losses.
Asistensi yang akan dilakukan PLN diantaranya adalah studi kelayakan, berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam penurunan losses, serta pelatihan dan penyusunan strategi untuk perbaikan efisiensi penyaluran energi listrik. “PLN menargetkan, dalam dua tahun mendatang dapat membantu Myanmar menurunkan losses menjadi dibawah 20%,” tutur Harry.
Ia menambahkan, kerjasama PLN dan MOEP Myanmar ini, merupakan bagian dari upaya 15 BUMN strategis yang akan mengembangkan usahanya di Myanmar. Ekspansi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja perseroan, dan melakukan penetrasi pasar di kawasan Asia Tenggara.
“Sebenarnya banyak hal yang bisa dikerjasamakan antara PLN dan MOEP Myanmar. Nota kesepahaman yang sudah ditandatangani, memang spesifik untuk penurunan losses karena jelas hasil akhirnya. Tapi sebetulnya, mereka ingin banyak belajar dari PLN, sehingga mereka datang ke Indonesia untuk belajar. Selain tentang losses, juga tentang call center, suplai gas, pembangkit, dan lain-lain,” terang Harry.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, delegasi MOEP Myanmar juga melihat dari dekat fasilitas pelayanan pelanggan yang dimiliki PLN. Yaitu layanan Contact Center PLN 123, juga melihat fasilitas DCC yang ada di PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang.
Mereka meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Karang, dan fasilitas Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di Teluk Jakarta. Rombongan MEOP Myanmar ini akan berada di Indonesia hingga akhir pekan ini.
Selain ke Jakarta, delegasi MOEP Myanmar juga akan berkunjung ke PLTU Tanjung Jati B di Jepara, Jawa Tengah, dan melihat kebolehan dari Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) milik PLN.
Kepada rombongan MEOP Myanmar, PDKB akan memperlihatkan kemampuan melakukan pekerjaan pemeliharaan dalam kondisi listrik tetap bertegangan (tanpa padam). Kehadiran Tim PDKB, merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan PLN dalam membantu menurunkan angka losses.
(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru