JAKARTA – Hilirisasi mineral dan batu bara (Minerba) diyakini akan menumbuhkan pembangunan di sektor lain, disamping memberikan kesempatan kerja dan nilai tambah. Namun demikian, dibutuhkan kesiapan untuk tidak hanya bergantung pada sumber daya alam yang makin lama akan habis.
“Untuk ini diperlukan upaya pengelolaan yang cerdas dengan memanfaatkan perpaduan pengelolaan dengan energi terbarukan,” kata Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Kamis (22/4).
Surya Darma mengatakan kebutuhan listrik untuk fasilitas pengolahan pada dasarnya bisa dilakukan di lokasi yang memiliki sumber energi terbarukan. Misalnya, membangun sebuah kawasan industri pengolahan baru di wilayah yang memiliki sumber energi terbarukan. Di wilayah tersebut dapat pula dibangun kawasan ekonomi yang berbasis energi terbarukan.
“Ini konsep smart mining yang disebut dengan REBED dan REBID, yaitu membangun Kawasan Ekonomi Berbasis Energi Terbarukan dan Kawasan Industri Berbasis Energi Terbarukan,” ungkapnya.
Surya Darma menambahkan, Indonesia yang kaya dengan batu bara tentu saja akan dapat merubah pola penggunaan energi dari pola pembakaran menghasilkan listrik tenaga uap menjadi batu bara tercairkan dan batu bara tergaskan. Indonesia memiliki potensi yang besar untuk hal ini. Belum lagi gas metana batubara (CBM) dan hidrogen. Khusus untuk hidrogen memang bisa dihasilkan dari energi fosil, bisa juga dari energi terbarukan. Sejalan dengan transisi energi dunia dan juga Indonesia, tentu saja harapan ke depan, hidrogen akan lebih mengutamakan energi terbarukan.
“Kalau pola ini dapat dilakukan maka target Pak Menko Maritim dan Investasi Luhut B Panjaitan untuk mewujudkan net zero emission pada 2045, ketika 100 tahun Indonesia dapat diwujudkan,” ujar Surya Darma.
Untuk itu, diperlukan kontribusi banyak pihak dan memang tidak boleh bekerja seperti biasa (business as usual/BAU). Perlu upaya khusus termasuk regulasi yang agresif untuk mendukungnya.
“METI mendorong net zero emision itu pada 2050 dengan inisiatif energi terbarukan 50% pada 2050 yang disebut RE 50/50 Initiative,” kata Surya Darma.(RA)
Komentar Terbaru