JAKARTA– PT Vale Indonesia Tbk (INCO), emiten pertambangan nikel salah satu terbesar di Indonesia, membukukan kenaikan laba bersih sepanjang 2020 sebesar 25,42 persen menjadi US$82,82 juta atau Rp1,16 triliun dari US$57,4 juta secara tahunan (year-on-year) kendati pendapatan perusahaan turun. Capaian laba bersih yang positif ini didorong oleh produksi dan pengiriman nikel yang lebih tinggi dan kemampuan untuk mengelola biaya dengan hati-hati.
Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/2), manajemen Vale menyatakan bahwa sepenjang 2020 penjualan sebesar US$$764,7 juta, 2 persen lebih rendah dibandingkan penjualan yang dicatat 2019 sebesar US$$782,0 juta hal ini disebabkan oleh harga realisasi rata-rata yang lebih rendah.
“Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel matte pada 2020 sebesar US$$10.498 per ton, turun dari level tahun 2019 sebesar US$10.855 per ton,” ujar Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale, dalam keterangannya.
Beban pokok pendapatan Vale pada 2020 tercatat sebesar US$640,4 juta atau 4 persen turun dari sebelumnya US$664,3 juta pada 2019 karena turunnya beban pokok pendapatan adalah harga bahan bakar dan batu bara yang lebih rendah.
Beban usaha Vale naik dari US$89,52 juta jadi US$103,85 juta karena kenaikan beban lainnya dari US$17,7 juta menjadi US$20,2 juta. Vale juga mencatatkan pendapatan keuangan bersih US$791 ribu karena pendapatan keuangan US$4,47juta dan penurunan biaya keuangan dari US$5,145 juta menjadi US$3,68 juta. Dengan demikian laba sebelum pajak naik dari US$89,14 juta menjadi US$104,6 juta.
Vale telah memproduksi 72.237 metrik ton nikel dalam matte pada 2020, sekitar 2 persen lebih tinggi dibandingkan produksi 2019. Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, mengatakan perusahaan bangga sekaligus berterima kasih atas pencapaian ini. “Ini jelas merupakan hasil kerja keras semua karyawan di perushaan,” katanya.
Pada 2020, konsumsi HSFO dan diesel Vale turun masing-masing sebesar 8 persen dan 12 persen, sementara konsumsi batu bara naik sebesar 15 persen bila dibandingkan 2019. Kenaikan konsumsi batubara ini diimbangi dengan penurunan konsumsi HSFO dan diesel. Harga HSFO, diesel dan batubara turun masing-masing sebesar 36 persen, 31 persen dan 17 persen.
Hingga akhir 2020, Vale memiliki aset sebesar US$2,3 miliar, naik dari US$2,2 miliar. Ini terdiri dari aset lancar US$695,72 juta dari US$588,3 juta dan aset tidak lancar turun dari US$1,63 miliar jadi US$1,62 miliar.
Di sisi lain, kewajiban naik dari US$280,99 juta menjadi US$294,27 juta. Kewajiban jangka pendek naik dari US$136,55 jadi US$160,7 juta. Adapun kewjiban jangka panjang turun dari US$144,4 juta menjadi US$133,56 juta.
Ekuitas Vale naik menjadi US$2,02 miliar dari US$1,94 miliar. Kas dan setara kas persahaan pada 31 Desember 2020 sebesar US$388,7 juta, naik sebesar US$$139,6 juta dari saldo pada 31 Desember 2019. Manajemen Vale akan terus melakukan kontrol yang hati-hati atas pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas. (RA)
Komentar Terbaru