JAKARTA- PT Timah Tbk (TINS), emiten pertambangan mineral logam timah sekaligus anak usaha MIND ID, holding pertambangan mineral dan batubara pelat merah, mencatatkan kinerja kurang moncer hingga kuartal III 2020. Berdasarkan laporan Timah yang dipublikasikan Selasa, 3 November 2020, Timah mencatatkan penurunan pendapatan 18,42% menjadi Rp11,88 trliiun dari Rp14,56 triliun (year-on-year). Padahal, beban pokok pendapatan justru turun dari Rp13,53 triliun atau 17,88% menjadi Rp11,12 triliun hingga akhir September 2020.
Timah memperpanjang kerugian yang telah ditorehkan sejak setahun lalu.
Sampai kuartal III 2020, Timah rugi Rp 255,16 miliar, naik dari periode sama tahun lalu yang rugi Rp175,78 miliar, namun turun bila dibandingkan kuartal II 2020 yang tercatat Rp Rp 390,07 miliar.
Manajemen Timah menyatakan, uji coba vaksin di beberapa negara telah membawa harapan baik bagi pulihnya pasar komoditas logam. Pada kuartal III 2020 permintaan logam timah tercatat 85,7 Kiloton atau naik sebesar 8,07% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 79,3 Kiloton. Defisit logam timah pada kuartal III-2020 menyebabkan harga logam timah terus membaik dan berpotensi kembali ke harga semula pada awal tahun 2021.
Timah mencatatkan ekspor timah sebesar 98%, sedangkan sisanya untuk pasar domestik. Adapun destinasi ekspor Timah sampai dengan kuartal III 2020 adalah Asia 68%, Eropa 15%, dan Amerika 15%
Sampai dengan kuartal III 2020 tercatat produksi bijih timah sebesar 34.592 ton atau turun sebesar 47,44% dari 2019 yang tercatat 65.819 ton. Dari pencapaian tersebut 74,56% berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 25,44% berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah pada kuartal III 2020 sebesar 37.588 ton atau turun sebesar 35,37% dari 2019 yang sebanyak 58.157 ton.
Penjualan logam timah pada periode tersebut sebesar 45.548 ton atau turun sebesar 9,49% dari 2019 sebesar 50.326 ton.Adapun harga rata-rata jual logam timah menjadi US$ 16.832 atau turun sebesar 21,73% dari 2019 sebesar US$ 19.083.
Wibisono, Direktur Keuangan Timah, mengatakan Timah terus bertransformasi menjadi perusahaan yang inovatif dan ramah lingkungan dalam eksploitasi timah di wilayah operasionalnya. Penambangan dilakukan melalui prosedur Good Mining Practice (GMP) yang berprinsip effective and cost-friendly mining method dalam penambangan timahnya.
Eksplorasi terus dilakukan untuk mendukung keberlangsungan bisnis TINS ke depannya. Bangka Belitung masih akan menjadi lokasi utama penambangan timah karena potensinyay ang diprediksi cukup besar. Namun demikian tipe exploitable tin deposit akan berubah dari alluvial reserve menjadi primary reserve dengan tetap mengedepankan effective and cost-friendly mining method.
“Potensi cadangan timah di Bangka Belitung masih besar, terutama untuk tipe primer yang banyak ditemukan di berbagai lokasi baru yang diterus dilakukan eksplorasinya. Cadangan baru ini akan menjadi harapan akan keberlangsungan bisnis pertimahan di masa depan,”ujar Wibisono. (RA)
Komentar Terbaru