CHICAGO- Harga emas kembali turun untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (5/9) pagi WIB. Hal ini didorong oleh data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan mengangkat dolar lebih tinggi, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Mengutip Reuters, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember 2020 di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun US$3,5 atau 0,18% menjadi ditutup pada US$1.934,30 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (3/9), harga emas berjangka merosot US$6,9 atau 0,35% menjadi US$1.937,80 per ounce.

Emas berjangka anjlok US$34,2 atau 1,73% menjadi US$1.944,70 pada Rabu (2/9), setelah naik tipis US$0,3 atau 0,02% menjadi US$1.978,90 pada Selasa (1/9), dan menguat US$3,7 atau 0,19% menjadi US$1.978,60 pada Senin (31/8).

“Korelasi emas dengan dolar telah meningkat, terutama selama beberapa minggu terakhir dan emas sedang tertekan oleh kenaikan greenback menyusul laporan yang kuat, khususnya tingkat pengangguran,” kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan logam mulia di BMO.

Indeks dolar menguat 0,1%, menempatkannya di jalur untuk minggu terbaiknya sejak pertengahan Mei dan membuat logam lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Data menunjukkan angka penggajian (payrolls) non pertanian meningkat sebesar 1,371 juta pekerjaan pada Agustus, lebih baik dari yang diperkirakan. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 8,4% dari 10,2% pada Juli, merupakan penurunan keempat berturut-turut.

“Namun, data ini tidak mengubah sikap Federal Reserve AS pada lebih banyak stimulus untuk dipompa ke dalam ekonomi dan mengambil toleransi terhadap tingkat inflasi yang lebih tinggi, menjaga emas tetap didukung dalam jangka panjang,” kata Michael Matousek, kepala pedagang di US Global Investors.

Para pedagang juga menutup posisi mereka menjelang tiga hari libur akhir pekan Hari Buruh AS, ketika perdagangan di pasar akan ditutup pada Senin (7/8).

Harga emas naik sekitar 27% sejauh tahun ini, dibantu oleh suku bunga mendekati nol secara global dan kebijakan moneter yang longgar, terutama dari The Fed, dan permintaan safe-haven didorong oleh gambaran ekonomi yang suram karena pandemi virus corona. (RA)