NEW YORK- Harga minyak nak US$ 1 per barel per barel pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (22/7) pagi WIB, mencapai tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Hal ini dipicu kesepakatan stiHargamulus Uni Eropa dan berita penuh harapan tentang uji coba vaksin virus corona.

Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik US$1,15 atau 2,82%, menjadi menetap pada US$41,96 per barel pada hari berakhirnya kontrak. Minyak mentah WTI untuk penyerahan September WTI, kontrak bulan depan baru yang lebih aktif, naik US$1 menjadi US$41,92 per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik US$1,04 atau 2,40%, menjadi ditutup pada US$44,32 per barel.

Jajak pendapat Reuters juga menunjukkan, persediaan minyak mentah AS dan produk olahan kemungkinan turun pekan lalu. Harga didukung oleh kesepakatan di antara para pemimpin Uni Eropa atas dana 750 miliar euro (US$859 miliar) untuk menopang ekonomi yang terpukul virus corona.

Kesepakatan Uni Eropa memungkinkan Komisi Eropa untuk meningkatkan miliaran euro di pasar modal atas nama semua 27 negara, tindakan solidaritas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hampir tujuh dekade integrasi Eropa.

Saham dunia dan euro juga mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan. Dolar, di mana sebagian besar kontrak minyak dihargai, jatuh ke level terendah sejak Maret terhadap sekeranjang mata uang.

Harga minyak juga didukung oleh data vaksin virus corona menjanjikan yang dirilis pada Senin (20/7), meskipun vaksin tetap beberapa bulan lagi. Beberapa perusahaan sedang menguji obat baru untuk kekebalan terhadap COVID-19.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari prospek bahwa Amerika Serikat bisa segera menyetujui paket stimulus baru, dengan kurang dari dua minggu sampai berakhirnya bantuan pengangguran yang diperpanjang untuk jutaan orang Amerika.

“Kemajuan nyata pada kesepakatan stimulus AS, perjanjian pemulihan Uni Eropa, dan kemajuan menuju vaksin yang sukses, semuanya telah digabungkan minggu ini untuk meningkatkan permintaan terhadap aset berisiko,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Negara-negara dari Amerika Serikat hingga India melaporkan rekor jumlah infeksi virus korona dan yang lainnya, seperti Spanyol dan Australia, sedang memerangi wabah baru. (RA)