JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang berdampak pada resesi global semakin meluas karena banyak negara melakukan Iockdown, menyebabkan penurunan harga komoditas mineral. Namun, berdasarkan data London Metal Exchange (LME) hingga  14 April 2020 , tren penurunan harga komoditas mineral terhenti dan cenderung konstan, bahkan membaik pada komoditas timah, nikel dan tembaga.

Beberapa analisis pasar seperti Wood Mackenzie dan CRU, pada edisi Maret 2020 memprediksikan pemulihan harga komoditas akan terjadi pada 2021 pada beberapa komoditas, seperti nikel dan timah yang disebabkan membaiknya supply dan demand. Pemulihan harga akan Iebih lama pada komoditas tembaga karena surplus pasokan hingga 2023. Untuk aluminium diprediksi akan membaik setelah 2024 akibat kapasitas smelter yang Iebih tinggi dari kebutuhan

“Berdasarkan analisa dan prediksi harga komoditas di atas, dampak Covid-19 mengakibatkan penurunan harga komoditas mineral menuju harga terendah dalam 5 tahun terakhir,” kata Johnson Pakpahan, Direktur PNBP Ditjen Minerba Kementerian ESDM, dalam diskusi virtual, akhir pekan lalu.

Namun tren penurunan terhenti dan cenderung konstan, bahkan diprediksi akan membaik pada  2021 sehingga srimulus atau insentif keringanan pembayaran kewajiban bukan pajak kepada negara belum perlu dilakukan.

Johnson menjelaskan, pembatasan impor batu bara oleh Cina, lockdown pelabuhan di India, serta berkurangnya permintaan batu bara dari Korea Selatan, Philipina, dan Jepang menyebabkan oversupply secara global, sehingga mengakibatkan penurunan harga batu bara di pasar internasional.

Menurut Johnson, relaksasi royalti tidak urgen untuk dilakukan, karena setelah Covid-19 harga komoditas batu bara diprediksi akan segera naik kembali. Perkiraan capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) minerba akan terkoreksi di angka Rp 35,9 triliun hingga akhir 2020.

Berdasarkan data Ditjen Minerba per-5 Juni 2020, realisasi PNBP saat ini mencapai Rp14,55 triliun atau sebesar 40,50% dari revisi target Rp35,93 triliun.

Pemerintah sebelumnya menargetkan PNBP sektor minerba tahun ini bisa mencapai Rp44,40 triliun dengan asumsi produksi untuk target PNBP tahun ini sebesar 550 juta ton dan Harga Batubara Acuan
(HBA) US$90 per-ton dengan kurs Rp14.400 sesuai kesepakatan Badan Anggaran DPR RI.

“Penundaan pembayaraan akan mengganggu cash flow pemerintah. Kalau perusahaan menerima pembayaran di muka, seharusnya pemerintah juga sebaiknya dibayar di muka,” kata Johnson.

Dia menambahkan, apabila pandemi Covid-19 berakhir pada 2020, maka harga batu bara 2021 dan 2022 diperkirakan mengalaml kenaikan, yang disebabkan antara lain adanya peningkatan kebutuhan energi untuk mengkompensasi perlambatan ekonomi serta banyaknya event internasional yang diselenggarakan sebagai akibat penundaan di tahun 2020.

HBA rata-rata 2019 sebesar US$ 77.89/ton, sedangkan HBA rata-rata pada Januari – April 2020 sebesar US$ 66,42/ton. IHS Market memperkirakan harga batu bara pada akhir tahun 2020 berkisar US$ 63-64/ton, sedangkan proyeksi dari Trading Economic adalah US$ 55/ ton. Sementara itu, Barchan memperkirakan harga pada akhir 2020 sebesar US$ 59/ton.
Harga batu bara pada akhir tahun 2021 diperkirakan mencapal US$ 66/ton sedangkan pada akhir tahun 2022 sebesar US$ 69/ton (Barchan).

“Harga batu bara Indonesia pada akhir tahun 2020 diperkirakan berkisar US$ 59-61 per ton,” kata Johnson.

Johnson menekankan, dalam hal ini pemerintah perlu mempercepat peran batu bara sebagai economic booster dengan terus memperbesar kebutuhan batu bara di dalam negeri.

Selain itu, diperlukan percepatan implementasi teknologi batu bara (dme, coal gasification dan coaI liquefaction) agar nilai karbon yang terkandung dalam batu bara dapat dimanfaatkan optimal.
Batasan produksi dalam Rencana Umum Energi Naslonal (RUEN) perlu direvisi dan dihitung kembali atas proporsional kondisi riil industri pertambangan batu bara, zonasi penyebaran batu bara dan pendapatan negara

“Pemerintah perlu segera membuat blue print Indonesian coal infrastructure plan untuk kepentingan strategis mata rantai pasokan batu bara, khususnya untuk mengelola DMO batu bara,” tandas Johnson.(RA)