PT Pertamina (Persero) belum lama ini memutuskan untuk melanjutkan salah satu proyek pengembangan kilang tanpa menggandeng mitra yang sedari awal rencana sudah bergabung yakni Saudi Aramco perusahaan migas raksasa asal Arab Saudi. Padahal rencana kerja sama dengan Saudi Aramco sudah dirintis sejak 2015.
Ignatius Tallulembang, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina menceritakan bahwa sesuai dengan kesepakatan di akhir tahun lalu, kedua pihak telah sepakat akan memperpanjang kerja sama dengan Joint Venture Development Agreement (JVDA) hingga April 2020 untuk studi. Saudi Aramco kemudian melakukan analisis atas tawaran skema kerja sama yang diajukan Pertamina.
Hanya saja hingga akhir April pimpinan Aramco mengirimkan surat langsung kepada Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina yang menyatakan memilih mundur dari kerja sama dan mempersilahkan Pertamina untuk melanjutkan pengembangan kilang Cilacap tanpa mereka.
“Dan setelah intens komunikasi akhir April, pihak Aramco menyadari betul bahwa bagi Indonesia RDMP Cilacap sangat penting, karena itu Aramco mempersilakan Pertamina bangun kilang Cilacap. Artinya mereka dengan sadar sepenuhnya tidak bisa bergabung membangun Kilang Cilacap ini,” kata Tallulembang, Jumat (5/6).
Hubungan antara Pertamina dan Saudi Aramco sejak awal memang tidak berjalan mulus. Hampir setahun lebih kerja sama keduanya stagnan lantaran skema yang tidak kunjung disepakati.
Skema saat yang ditawarkan Pertamina adalah dengan melakukan spin off ataupun harus melalui valuasi aset yang selama ini menjadi salah satu tantangan berat dalam kelanjutan kerja sama kedua perusahaan. Dalam skema tersebut Pertamina menjadikan aset eksisting-nya sebagai bagian dari biaya investasi membentuk perusahaan patungan. Namun penentuan nilai aset eksisting itu tidak kunjung selesai karena tidak ada kesepakatan nilai dengan mitra.
Pada awal 2020, Nicke sempat menyatakan kekecewaannya lantaran nilai aset Pertamina dinilai sangat kecil oleh Saudi Aramco. Padahal, Pertamina memiliki nilai buku sebagai batas minimum nilai fasilitas eksisting Kilang Cilacap yang bisa dilepas untuk di spin off.
“Itu yang ditawar oleh Aramco, jauh lebih rendah dari nilai buku. Kalau dilakukan seperti itu, maka akan ada kerugian. Hari ini faktanya Cilacap itu produksi 30% dari produksi nasional. Jika dinilai harganya lebih rendah dari nilai buku, tidak bisa,” kata Nicke.
Pertamina akhirnya mengalah dan mengajukan mekanisme kerja sama baru. Karena masih menghormati kerja sama yang terjalin dimana ada peran kedua pemerintahan, Pertamina berinisiatif untuk tetap bekerja sama dengan merubah skema.
“Oleh karena itu cari solusi supaya ini tetap jalan. Akhirnya kami kemudian menggunakan pola seperti di Balikpapan. Pola Balikpapan adalah kilang lama tetap dimiliki Pertamina, JV membangun kilang tambahan baru yang nantinya akan disewa,” ungkap Nicke.
Proyek RDMP Kilang Cilacap sejatinya akan meningkatkan kapasitas kilang tersebut yang saat ini mengolah dan memproduksi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 bph. Selain itu meningkatkan kualitas produk dari Euro II ke Euro V.
Tallulembang memastikan hubungan Pertamina dengan Saudi Aramco tetap baik. Pertamina masih membuka pintu jika Aramco berminta untuk kerja sama dengan berbagai proyek yang sedang dan akan dikerjakan oleh Pertamina.
“Bilamana ada proyek ke depan yg bisa dikerjasamakan, kami akan diskusi. Namun, Kilang Cilacap tetap dilanjutkan, enggak bareng Saudi Aramco,” kata dia.
Saat ini, proses pengembangan kilang Cilacap sedang dalam proses pencarian partner baru, hanya saja Pertamina tetap menjalankan proyek secara mandiri seperti halnya di RDMP Balikpapan. Pengerjaan fisik berupa pembebasan lahan bahkan telah dilakukan.
Pertamina kata Tallulembang mendapatkan pelajaran berharga dari hubungan dengan Saudi Aramco di RDMP Cilacap.
“Lahan sudah clear sambil coba peluang apa yang bisa kita bangun lebih dahulu sambil tunggu partner baru, mempersiapkan skema bisnis dengan belajar dari partner Saudi Aramco atau kerja sama lainnya yang tidak lanjut,” kata Tallulembang.(Rio Indrawan)
Komentar Terbaru