JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas di bawah PT Pertamina (Persero) menjadi salah satu perusahan yang paling terpukul akibat pandemi virus Corona atau Covid-19. Hal itu tercermin dari realisasi penjualan gas PGN sepanjang kuartal I 2020 yang turun 15% periode yang sama tahun lalu. Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, mengatakan permintaan gas dari seluruh pelanggan industri PGN turun, termasuk pembangkit listrik.

“Hingga akhir Maret penjualan gas PGN anjlok hingga 68,8 BBTUD atau sebesar 15% dibanding penjualan Januari hingga Maret tahun lalu,” kata Gigih dalam video converence, Kamis (16/4).

Industri manufaktur, termasuk turunannya menjadi sektor industri paling besar penurunan konsumsi gasnya. Padahal nilai volume gas sesuai kontrak adalah sebesar 560 BBTUD. Industri yang paling besar penurunan permintaan gasnya adalah industri kimia, yakni hingga 12,77 BBTUD. Kemudian indusri keramik turun 11,18 BBTUD dan industri makanan turun hingga 10,9 BBTUD.

Beberapa industri lainnya yang turun adalah CNG sebesar 8,88 BBTUD, Fabric Metal 6,89 BBTUD, Kaca 5,35 BBTUD, Kertas turun sebesar 4,75 BBTUD lalu Basic Metal 3,36 BBTUD, Textile sebesar 1,34 BBTUD, semen turun permintaannya sebesar 0,44 BBTUD kemudian penurunan permintaan untuk keperluan lifting minyak sebesar 0,3 BBTUD serta industri manufaktur lainnya sebesar 2,62 BBTUD.

Menurut Gigih, jika kondisi darurat bencana bertahan dan bertambah buruk, maka industri akan semakin melambat sehingga penjualan gas PGN semakin rendah. Pada periode April-Juni diperkirakannya penurunan penyerapan gas bakal mencapai puncaknya.

Apabila situasi berangsur kondusif maka ada harapan bagi penjualan PGN. Adapun masa recovery penyerapan gas diprediksi terjadi pada Juni sampai Desember 2020.

Penurunan permintaan gas terbesar di sektor retail diperkirakan terjadi pada Juni nanti yang mencapai 40,08 BBTUD, di sektor pelanggan korporat pada April-Mei dengan penurunannya hingga 60,01 BBTUD, sementara dari calon pelanggan pada Juni nanti dengan volume penurunan sebesar 4,95 BBTUD. Total penurunan penurunan penjualan gas hingga akhir tahun apabila recovery sejak Juni berlangsung adalah sebesar 31,5 BBTUD.

Penurunan tersebut diakibatkan oleh bahan baku impor tidak tersedia karena negara asal bahan baku terdampak Covid-19. Kemudian rencana penambahan peralatan gas terkendala karena asal peralatan dari negara terdampak virus Covid-19. Rencana peralatan non gas juga terkendala karena berasal dari negar yang terdampak Covid-19. Teknisi instalasi peralatan gas dan non gas berasal dari negara yang terdampak Covid-19. Penjualan gas ke luar negeri terhambat karena negara tujuan ekspor terdampak Covid-19 serapan pelanggan sektor pariwisata juga terganggu karena kunjuangan wisatawan yang anjlok.

“Secara total penurunan permintaan gas diperkirakan mencapai 31,59 BBTUD sepanjang 2020. Penurunan ini dialami karena masalah bahan baku impor, produksi menurun, lalu adanya depresiasi nilai tukar dolar AS dan rupiah,” kata Gigih.(RI)