JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), menyatakan penurunan kebutuhan gas para pelanggannya sudah terjadi sejak Januari 2020 Kondisi tersebut akan makin memburuk seiring dengan lesunya perekonomian dan ditambah lagi dengan adanya pandemi Corona atau Covid-19.

Dilo Seno Widagdo, Direktur Komersial Perusahahaan Gas Negara,  mengungkapkan penurunan kebutuhan gas PGN dipicu penurunan aktivitas dan produksi industri. Banyak industri yang merupakan para pelanggan gas PGN kesulitan mendapatkan raw material yang sebagian besar dipenuhi dari impor. Raw material tersebut sulit dipenuhi karena adanya ketentuan lockdown atau karantina wilayah di berbagai negara pemasok.

“Kendala masalah spare part material karena lockdown baik itu dari negara asal ataupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di negara kita sendiri, itu menjadi kendala untuk industri memulai operasinya. Raw material hampir sekitar 300 pelanggan kita sangat bergantung raw material dari impor,” kata Dilo dalam video conference, Selasa (14/4).

Dilo melanjutkan beberapa industri paling terdampak adalah industri keramik karena alami penurunan dari produksinya sekitar 15%, selain itu dari sektor chemical 12% , gelas 11%, otomotif logam manufaktur 5%, mall atau pusat perbelanjaan sekitar 3%. Selain itu sektor yang terdampak juga sektor pariwisata. “Dari sisi untuk masalah tourism juga terkendala pada hotel-hotel juga terkendala,” tukasnya.

Menurut Dilo, pengurangan produksi dan kebutuhan hotel-hotel langsung berdampak pada permintaan gas PGN yang terjadi dari awal tahun ini.

“Dari bulan ke bulan terus melebar dari Januari 11, 47 BBTUD atau sekitar 5% dan diperkirakan puncaknya disekitar Juni dan Juli atau sekitar hampir menyentuh 10% dari pada kondisi normal. Ini yang mungkin sebenarnya kita perlu antisipasi sehingga kami menyiapkan stress analysis,” kata Dilo.

Dalam kondisi normal, sepanjang tahun 2019 PGN total penyalurkan gas bumi sebesar 3.036 BBTUD dengan rinciannya, volume distribusi sebesar 990 BBTUD yang mengalami pertumbuhan 3% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan volume distribusi dikontribusikan oleh peningkatan konsumsi gas dari sektor kelistrikan dan sektor industri kimia . Volume transmisi gas bumi tahun 2019 tercatat sebesar 2.046 BBTUD.

Menurut Dilo, kondisi penurunan permintaan gas PGN ini membuat harga saham PGN cukup turun secara drastis. Karena itu manajemen sudah menyiapkan beberap strategi dan telah melakukan berbagai upaya.

PGN, kata Dilo, sekarang sudah coba melakukan beberapa upaya untuk bisa melakukan perbaikan, termasuk rencana  buyback stock maupun buyback bond,  sehingga ketika melakukan itu terjadi rebound dari sisi stock price.

“Terkait dengan beberapa kegiatan operasi kita temen-teman dari pelanggan melihat bahwa ada masalah kurs yang naik signifikan kami melakukan hedging dengan dana talangan untuk membantu pelanggan memulihkan cashflow-nya dulu,” jelas Dilo.

Selain itu efisiensi juga terus ditingkatkan, kebijakan Work From Home (WFH) juga telah memberikan dampak pada penurunan beban operasional. Adanya relaksasi perpajakan ditengah kondisi sekarang menurut Dilo juga turut membantu keuangan manajemen.

PGN kata Dilo juga memberikan stimulus agar para pelanggannya tetap memiliki permintaan gas yang tinggi.

“Kami akan me-launch Maxlite,  artinya hari ini terjadi penurunan dari sisi demand. Kami mengajak pelanggan apabila bisa menambah produksinya mereka dengan meningkatkan produksi normal. Kami akan berikan insentif berupa produk Maxlite ini. Dan ini kami lihat sudah beberapa pelanggan yang sudah mencoba bisa sepakat dengan kami untuk mencoba produk ini. Dan seharusnya di masa-masa kondisi Covid seperti ini, stimulus-stimulus dibutuhkan oleh pelanggan untuk bisa punya kompetitif,” kata Dilo.(RI)