JAKARTA – Pemerintah akan melakukan penyesuaian jadwal terhadap rencana program campuran biodiesel 40% dengan solar atau B40. Semula uji terbatas B40 sebagai kelanjutan program B30 akan dijalankan pada bulan ini, namun karena adanya wabah virus Corona atau Covid-19 maka semua instrumen masih fokus penggulangan wabah, sehingga uji terbatas urung dilakukan.

Dadan Kusdiana, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan, keharusan pegawai untuk work from home (WFH) dalam rangka memutus rantai virus membuat uji teknis tidak bisa dilakukan.

“Uji teknis B40 sekarang sedikit disesuaikan karena situasi pegawai yang diharuskan WFH. Kami sedang menjadwal ulang kegiatan uji terbatas, mestinya sudah dimulai minggu ini. Saya masih melihat situasi dan arahan dari pemerintah terkait dengan pencegahan Covid-19,” kata Dadan kepada Dunia Energi, Senin (30/3).

Lebih lanjut ia menerangkan meskipun masih harus menunggu penjadwalan ulang tapi jajarannya sebagai penanggung jawab program B40 sudah mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk uji teknis tersebut.

Dadan mengatakan hingga kini sudah dilakukan pemilihan sample B40 yang berasal dari biodiesel eksisting atau yang sedang dipergunakan untuk B30 saat ini dengan meningkatkan kualitas. “Biodiesel yang semakin ditingkatkan speknya (misalkan kandungan airnya lebih rendah atau pengotor yang lebih sedikit),” jelas Dadan.

Menurut Dadan, meskipun uji teknis terhambat tapi ia masih optimis hasil uji coba B40 bisa didapatkan di tahun ini. Target Balitbang Kementerian ESDM sendiri bisa mendapatkan rekomendasi teknis untuk uji coba ke tahap selanjutnya pada Juli mendatang.

“Kami tetap mentargetkan agar rekomendasi teknis yang keluar dari uji teknis ini tidak mundur. Rekomendasi ditargetkan bulan Juli,” kata Dadan.

Kementerian ESDM menargetkan program B40 bisa diterapkan pada tahun depan, tapi dengan catatan pelaksana rangkaian uji coba sudah dilakukan Maret tahun ini.

Uji coba terbatas sendiri di laboratorium motor dengan mesin statis. Dalam pengujian itu ada sejumlah bahan bakar B40 dengan berbagai spesifikasi. Nantinya diambil dua spesifikasi yang akan dibahas bersama dengan tim lebih besar seperti produsen biofuel, maupun produsen kendaraan.

Biodiesel merupakan program untuk menekan impor BBM. Pada awal 2020 program mandatori biodiesel berlanjut ke B30 alias sebanyak 30% BBN dicampur ke Solar. Penambahan jumlah BBN itu berdampak hingga 9 juta KL impor Solar yang bisa ditekan. Dengan B40 artiannya bisa mencapai 12 juta KL impor Solar yang dikurangi.

Master Parulian Tumanggor, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), memastikan pasokan Fame sebagai bahan utama biodiesel cukup untuk menunjang B40. Dia menuturkan kapasitas produksi saat ini bisa mencapai 14 juta kilo liter (KL). Sementara kebutuhan Fame untuk B40 sekitar 12 juta KL. “Kami akan uji B40 mulai Maret dan diperkirakan selesai Juli nanti,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, tahun ini serapan biodiesel ditargetkan sebesar 10 juta KL. Tahun depan, serapan biodiesel masih akan stabil yakni sebesar 10,2 juta KL. Selanjutnya, serapan biodiesel mulai naik signifikan menjadi 14,2 juta KL di 2022, 14,6 juta KL di 2023, dan mencapai 17,4 juta KL di 2024.(RI)