JAKARTA – Luhut Binsat Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Investasi menyatakan PT Chevron Pacific Indonesia akan terus melakukan program investasi di Blok Rokan hingga berakhirnya kontrak pada Agustus 2021. Chevron sebelumnya mengakui sejak 2018 sudah tidak ada lagi investasi berupa kegiatan pengeboran di Blok Rokan seiring akan berakhirnya kontrak.
Pada Selasa (17/3), Luhut dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Chevron, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengadakan rapat khusus membahas Blok Rokan melalui video conference. “Kemarin sudah rapat dengan Chevron, SKK Migas dan Kementerian ESDM. Kami sepakat Chevron akan meneruskan proyek ini hingga selesai pada Agustus tahun depan,” kata Luhut dalam video conference di Jakarta, Rabu malam (18/3).
Menurut Luhut, pemerintah dengan tegas meminta Chevron untuk terus menjaga produksi Blok Rokan. “Jadi turunnya produksi bisa ditahan, jangan sampai tajam sekali. Itu keputusan yang baik,” katanya.
Proses transisi Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina seyogyanya berjalan dengan lebih mulus, karena sudah ada pelakaran dari transisi blok Mahakam dulu. Namun rencana tersebut tidak kunjung terealisasi. Bahkan jelang satu tahun peralihan operator Pertamina tidak kunjung mendapatkan izin Chevron untuk melakukan pengeboran yang sudah tidak lagi dilakukan oleh Chevron. Padahal Pertamina berulangkali mengatakan bahwa pengeboran sangat penting agar saat alih kelola nanti proyeksi blok Rokan tidak jatuh atau seperti yang terjadi di Mahakam dulu. Karena jika terlalu lama tidak ada kegiatan pengrboran selain produksi akan anjlok kondisi reservoir juga akan bermasalah dan untuk kembali meningkatkan produksi dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan Pertamima sebenarnya sudah menawarkan Joint Drilling Agreement (JDA) kepada Chevron, tapi hingga kini tidak ada titik terang sebagai respon penawaran tersebut. Untuk itu Pertamina sekarang ini akan fokus dalam persiapan pengeboran sesaat setelah kontrak Chevron di Rokan habis pada Agustus 2021.
“Opsi yang sekarang dilakukan lebih kepada memastikan kami mempunyai kesiapan untuk pengeboran pada Agustus 2021. Itu opsi paling dasar. Jadi artinya kami melakukan rencana mengoptimalkan tim yang akan melakukan pengadaan rig maupun well head equipment, tubular, dan semua perlengkapan itu,” kata Dharmawan.
Saat ini Pertamina lebih memilih fokus untuk mempersiapkan seluruh sumber daya yang ada siap saat alih kelola untuk bisa langsung bekerja. Pengadaan alat sendiri paling tidak memakan waktu sekitar satu tahun, karena itu jika persiapan tersebut dimulai tahun ini maka implementasi kegiatan di Rokan nanti bisa lebih cepat.
“Umumnya itu membutuhkan waktu satu tahun, harusnya waktunya cukup, sekarang sudah dimulai. At least dedicated tim sudah ada, kemudian penguatan organisasi sedang dilakukan terus,” ungkap Dharmawan.
Dwi Soetjito, Kepala SKK Migas, sebelumnya mengatakan pemerintah berinisiatif untuk mengambil alih pembicaraan dengan Chevron, guna memastikan produksi di blok Rokan tidak anjlok menjelang kontrak Chevron berakhir di sana. Langkah ini diambil menyusul kembali tidak adanya kesepakatan antara Chevron dan Pertamina. “Kesepakatan business to business sampai sekarang masih sulit dicapai. B to B masih menemui kesulitan,” kata Dwi.(RI)
Komentar Terbaru