JAKARTA – Thorcon International Pte Ltd mengklaim mampu melakukan bakckstart 30 – 60 menit setelah terjadinya blackout dengan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT). Thorium yang merupakan bahan bakar PLTT adalah mineral ikutan timah yang di perkirakan memiliki sumber daya lebih dari 1.000 tahun sehingga keamanan pasokan (security of supply) bukan menjadi masalah.
“PLTT Thorcon dapat mengirimkan daya sejauh 100 Km kepada pembangkit listrik lainnya,” kata Lars Jorgensen, CEO Thorcon, Kamis (20/2).
Lars mengatakan bahwa hal ini tentunya sejalan dengan arahan Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini yang menyatakan bahwa pihaknya harus mampu menangani pemadaman listrik, blackout atau security of supply.
Saat terjadi blackout selama lebih dari delapan jam berapa waktu lalu, dari lebih dari 200 pembangkit listrik milik PLN di Jawa ternyata hanya ada tiga yang memiliki kemampuan blackstart, yakni kemampuan untuk startup secara mandiri, yaitu PLTA Saguling, Cirata dan PLTG Muara Karang.
Thorcon merupakan perusahaan pengembang nuklir asal Amerika Serikat yang memiliki minat serius dalam melakukan investasi di Indonesia untuk pengembangan dan pembangunan Thorium Molten Salt Reactor Power Plant 500 MW (TMSR500) atau yang lebih dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) dengan nilai investasi sekitar US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun.
Thorcon telah lebih dahulu menyelesaikan pra-kajian implementasi PLTT di Indonesia bersama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Balitbang ESDM dengan hasil yang memuaskan. Thorcon juga telah melakukan kerja sama dengan PT PAL Indonesia (Persero) dalam mengkaji potensi dibangunnya reaktor TMSR500 di Indonesia, dan juga dengan PLN dalam melakukan kajian persiapan implementasi PLTT.
Lars mengatakan PLTT Thorcon menggunakan teknologi nuklir terkini, Gen IV, yang memiliki tingkat keselamatan sangat tinggi. Thorcon akan membangun pabrik di Indonesia, dimana reaktor dapat di bangun oleh PT PAL yang akan menjadikan reaktor buatan Indonesia.
“Indonesia akan memiliki industri nuklir nasional sesuai dengan target RIPIN yang dapat menjadi produk unggulan ekspor berteknologi tinggi sesuai dengan RPJMN (2020 – 2024) dan dengan sudah masuknya Program Pembangunan PLTN Komersial dalam RPJMN (2020 – 2024) walaupun masih dalam tahap persiapan yang sejalan dengan tahapan implementasi dua tahap Thorcon, maka seharusnya PLN dan Kementerian ESDM tidak perlu ragu-ragu lagi,” ujar Lars.(RA)
Komentar Terbaru