JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan percepatan pencarian calon pembeli gas Blok Masela, sehingga bisa segera mencapai keputusan akhir pembiayaan proyek atau Final Investment Decision (FID). Nantinya komposisi pembeli gas Masela akan berimbang antara domestik dan luar negeri.
“Kami perkirakan 50:50,” kata Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas di Jakarta, Rabu malam (19/2).
Dwi mengatakan agar bisa mencapai FID dan proyek mendapatkan pendanaan dari pihak eksternal maka harus ada kepastian pembelian gas lebih dari 50% kapasitas produksi Blok Masela yang sebesar 9,5 juta ton per tahun (Metrik Ton per Annum/MTPA). “Sebanyak 80% yang komitmen (serap gas),” kata Dwi.
Inpex Masela Ltd baru saja mendapatkan kesepakatan awal mengenai pembelian gas dengan PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia. Untuk PLN diproyeksi akan menyerap 2 – 3 juta ton LNG per tahun. Sementara Pupuk Indonesia ditargetkan akan menyerap seluruh jatah gas pipa dari Masela sebesar 150 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
“Jadi masih ada 6,5 juta ton yang harus dijual ke yang lain. Dengan adanya MoU tadi akan menjadi pondasi untuk pembeli-pembeli yang lain, di Jepang atau di luar negeri lainnya,” ungkap Dwi.
Pemerintah menargetkan agar Inpex bisa menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi Masela pada 2027 sehingga gas bisa segera mengalir. Agar target tersebut tercapai maka FID diharapkan bisa dicapai pada akhir tahun depan.
“Artinya sekarang yang dibutuhkan FID. Kalau sudah FID konstruksi jalan, pendanaan akan bisa didapat kerena sudah ada agreement ini itu. Kami harapkan di akhir 2021, schedule awal di 2022. tapi nanti dengan demikian kami percepat,” kata Dwi.
Pemerintah bahkan meminta Inpex agar melakukan akselerasi percepatan pembangunan agar paling tidak 2026 sudah bisa merampungkan seluruhnya sehingga gas lebih cepat bisa diproduksikan.
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan setelah PLN dan Pupuk Indonesia nantinya yang akan didorong untuk menyerap gas Masela adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina (Persero). Kemudian pemerintah juga membidik potensi pembeli gas dari Jepang.
PGN memiliki konsumen, terutama dari kalangan industri sehingga membutuhkan kepastian pasokan. Apalagi salah satu pemasok gas terbesar Indonesia yakni Kilang Bontang dalam beberapa tahun ke depan akan mulai mengalami penurunan produksi.
“Kan Bontang nanti turun, PGN dan Pertamina nanti juga (didorong untuk serap). Ada juga dari Jepang” ujar Arifin.
Saat ini Inpex tengah melakukan tender pengerjaan Front End Engineering Design (FEED). Sejalan proses pengadaan lahan juga digenjot. SKK Migas yang turun tangan langsung dalam pengadaan lahan ini menargetkan urusan pengadaan lahan bisa rampung pada tahun ini.
Menurut Dwi, SKK Migas dalam mencari potensi pembeli gas Masela di dalam negeri tidak akan memasarkan gas ke para produsen pengguna.
“PGN nanti, tapi sekarang yang dikejar end-users dulu. Kalau sudah end-users, nanti kan next-nya kayak PGN akan dijual ke industri-industri yang lain, kemudian Pertagas dan sebagainya. Pertamina sendiri dengan adanya pengembagan kilang kan butuh, itu juga yang akan dikejar,” kata Dwi.(RI)
Komentar Terbaru