JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, masih belum bisa melakukan investasi pada masa transisi alih kelola blok Rokan di Riau. Padahal, ini sangat krusial untuk menjaga kinerja produksi siap jual (lifting) blok Rokan saat dikelola Pertamina mulai tahun depan.
Tajudin Noor, Sekretaris Perusahaan Pertamina, mengatakan beberapa mekanisme transisi masih terus dibahas baik di internal Pertamina maupun dengan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Salah satu cara yang bisa dilakukan agar Pertamina bisa intervensi di Rokan adalah dengan melakukan akuisisi saham atau hak partisipasi (Participating Interest/PI) blok Rokan.
“Kami masuk untuk ambil PI Chevron agar kami jadi bagian korporasi itu,” kata Tajudin di Jakarta kepada Dunia Energi, Rabu (22/1).
Menurut Tajudin, secara aturan memang cukup sulit bagi Pertamina untuk berinvestasi di Rokan pada masa transisi karena kontrak Chevron di Rokan baru selesai pada 8 Agustus 2021.
“Kalau Pertamina mengeluarkan dana sebelum kami early chip in di sana agak susah karena memang aturannya kami harus chip in dulu. Ini yang masih dalam pembicaraan untuk kita bisa early chip in di sana (Rokan),” jelas Tajudin.
Sayangnya, Tajudin belum bisa membeberkan berapa persen PI yang akan diambilalih oleh Pertamina agar bisa menjalankan rencana kerjanya di Rokan terutama untuk melakukan pengeboran. “Yang jelas pada porsi dimana kita juga punya call untuk men-drive investasi,” katanya.
Tajudin menegaskan Pertamina sudah siapkan dana baik untuk akuisisi PI ataupun investasi pengeboran. ”Ya (siapkan dana), sejauh untuk menjaga tingkat produksi migas nasional akan kita lakukan,” katanya.
Dia juga berharap negosiasi untuk mengambil PI cheer di Rokan bisa selesai dalam waktu dekat karena setelah itu Pertamina akan langsung bergerak melakukan pengeboran. Langkah ini dinilai sangat penting untuk menjaga tingkat produksi minyak di sana. Apalagi Rokan masih jadi andalan produksi migas nasional.
“Mudah-mudahan waktu dekat ini proses negosiasi untuk early chip in-nya bisa (selesai), kami ingin drive untuk bor sehingga saat take over kami masih jaga tingkat produksi,” ujarnya.
Implementasi rencana kerja Pertamina dalam masa transisi ini bergantung pada negosiasi early chip in yang sedang berlangsung. Selain pengeboran Pertamina sebenarnya juga sudah siapkan langkah lain, yakni dengan melakukan berbagai perbaikan fasilitas produksi sehingga kinerja operasi blok Rokan tetap maksimal. Ini juga harus dilakukan karena fasilitas produksi di sana sudah berumur tua.
“Memang semua akan kembali begitu kami early chip in masuk kami drive investasi karena memang semua bergantung pada pengeboran untuk mencari potensi-potensi baru di sana termasuk mungkin memperbaiki fasilitas produksi supaya tingkat produksi masih terjaga,”katanya.
Sebelumnya, manajemen CPI menyatakan ada tiga opsi yang bisa dilakukan jika memang pengeboran sumur harus dilakukan di Rokan pada tahun ini.
Albert Simanjuntak, Presiden Direktur CPI, menyatakan bahwa perusahaan sejak 2018 tidak lagi melakukan pengeboran di Rokan lantaran kontraknya habis pada 2021. Ini kemungkinan besar akan berlangsung hingga kontrak Chevron selesai. Untuk itu ada tiga skema pendanaan pengeboran yang ditawarkan.
“Pertama adalah Chevron yang mendanai dan melakukan pengeboran. Kedua Chevron melakukan pengeboran dan Pertamina yang mendanai. Ketiga Pertamina mendanai dan yang melakukan pengeboran bor,” kata Albert di hadapan komisi VII DPR, belum lama ini.
Tajudin mengungkapkan opsi tersebut memang masih terbuka, hanya memang Pertamina akan melihat secara keseluruhan baik dari peraturan dan perundangan dan aspek-aspek lainnya.
“Ini masalahnya b to b kalau ada skema kita bor duluan kemudian tidak di-consider sebagai penggantian dan lain-lain kita harus kaji secara keseluruhan masalah GCG aturan lainnya karena bicara pengeboran ini bicara duit besar,” kata Tajudin. (RI)
Komentar Terbaru