JAKARTA – Lifting minyak dan gas bumi nasional (migas) 2019 akhirnya benar-benar tidak mencapai target. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan hingga 30 Desember 2019, lifting migas hanya 1,794 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd), atau hanya 88,63% dari target Anggaran Pendaapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 2,025 juta boepd.
Baik lifting minyak maupun gas sama-sama tidak mencapai target. Padahal biasanya gas bisa menopang lifting migas secara keseluruhan.
Sepanjang 2019 rata-rata lifting minyak hanya 735,219 ribu barel per hari (bph) atau 94,8% dari target APBN sebesar 77 5 ribu bph. Kemudian untuk gas hanya 5.934 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau 84,7% dari yang sudah dipatok APBN sebesar 7.000 mmscfd.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menegaskan berbagai upaya telah didorong agar Kontraktor Kontra Kerja Sama (KKKS) terus beraktivitas guna menopang produksi di fasilitas eksisting. Hingga 31 Desember 2019 telah dilakukan pekerjaan work over sebanyak 821 atau pekerjaan work over. Realisasi tersebut sebenarnya masih jauh dibawah target yakni 973 pekerjaan.
Untuk pekerjaan well service dari target 29.260 di tahun 2019 sampai 31 Desember 2019 pukul 12.00 telah diselesikan 29.365 atau 100,4%. Untuk pekerjaan development well drilling telah dicapai 320 drilling atau masih dibawah target yang dipatok sebanya 335 pengeboran, namun realisasi pengeboran pengembangan tahun ini masih lebih besar 115% dibandingkan capaian 2018. Adapun untuk seismic 2D mencapai 12.169 km atau lebih besar 229% diatas target 2019 sebesar 5.318 km. Untuk seismic 3D mencapai 6.837 km atau 87% dari target 2019, dan jika dibandingkan realisasi 2018 sepanjang 1.188 km maka capaian seismic 3D meningkat 475%.
“Tingginya target work over, well service, drilling, seismic 2D dan 3D di tahun 2019 dibandingkan 2018 menunjukkan kerja keras yang dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS untuk mendapatkan kinerja optimal ditahun 2019. Patut disyukuri mayoritas target 2019 dapat dicapai, dan jika dibandingkan 2018 maka aktivitas operasional 2019 jauh lebih banyak dibandingkan 2018″ kata Dwi di Jakarta, Senin (30/12).
Menurut Dwi, pada 2020 banyak pekerjaan yang harus dilakukan para KKKS guna kembali menggenjot produksi dalam rangka menekan penurunan produksi alami sumur.
Dia menerangkan ada beberapa strategi SKK Migas dalam meningkatkan produksi migas nasional, Pertama adalah dengan mempertahankan tingkat produksi eksisting tetap tinggi. Kemudian sumber daya yang telah ditemukan harus segera ditingkatkan statusnya menjadi cadangan terbukti agar bisa diproduksi.
“Mempercepat chemical Enhance Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi untuk penemuan besar,” kata Dwi.(RI)
Komentar Terbaru