JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan sudah bisa masuk untuk berinvestasi di Blok Rokan pada masa transisi. Target ada 20 sumur yang harusnya dibor tahun depan. Ricardo Perdana Yudantoro, Senior Vice President Eksplorasi Pertamina yang juga Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan, mengungkapkan hingga saat ini pembahasan transisi alih kelola masih terus dilakukan Pertamina bersama dengan PT Chevron Pacific Indonesia.
“Pertamina masih terus melakukan diskusi dengan Chevron terkait finalisasi transisi Wilayah Kerja Rokan. Masih ada sejumlah detil yang harus diselesaikan segera,” kata Yudantoro kepada Dunia Energi, Jumat (27/12).
Dia menambahkan jumlah sumur yang rencananya akan dibor Pertamina di Rokan pada 2020 memang masih dalam kajian. Tapi sebagai asumsi awal setidaknya ada 20 sumur yang harus dibor.
“Sebagai asumsi awal, guna menahan deras laju penurunan alamiah (natural decline) Pertamina menargetkan minimum 20 sumur dapat dibor pada 2020. Untuk hal tersebut, investasi telah kami disiapkan,” ujar Yudantoro.
Dia pastikan Pertamina yang akan membiayai semua investasi dalam masa transisi. “Iya Pertamina yang siapkan (investasi),” tukasnya.
Dorongan transisi blok Rokan terus dikemukakan berbagai pihak, termasuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif. Ia meminta agar Pertamina dan Chevron aktif membahas alih kelola agar produksi Blok Rokan tidak anjlok terlalu dalam.
“Kami sudah minta Pertamina proaktif dan Chevron bisa membuka pintu, sudah. Tiap minggu Chevron sudah lapor, kemudian kami pertemukan dengan Pertamina,” kata Arifin.
Arifin mengakui masih terdapat beberapa persoalan administrasi dan persoalan penting lainnya antar kedua belah pihak yang bersifat business to business.
“Memang ada beberapa hal yang terkait regulasi dan juga kontrak administratif yang harus diselesaikan. Tapi tahun depan harus selesai,” tegas Arifin.
Blok Rokan yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan, dimana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap. Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak sejak awal operasi.
Pada 2020, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan produksi di Blok Rokan bisa mencapai 161 ribu bph atau turun dibanding target tahun ini yang sebesar 190 ribu bph. Ini lantaran Chevron tidak lagi berinvestasi untuk aktivitas apapun di Blok Rokan pada tahun depan.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan selain pengeboran sumur pengembangan atau eksploitasi, Pertamina juga harus sudah memulai tahapan Enhance Oil Recovery (EOR). Pertamina bisa melanjutkan program EOR yang sudah sempat dilakukan Chevron.
“Di Rokan juga sudah cukup lama dilakukan riset-nya antara 2008 dan 2010. Tentu diharapkan hasil riset itu tidak mubazir dan dapat diteruskan Pertamina,” ujar Dwi.
Pemerintah juga siap memberikan insentif ke Pertamina jika diperlukan, sehingga EOR bisa sesuai dengan keekonomian. “Dengan harga minyak US$60 per barel bagaimana? Apakah perlu insentif atau tidak. Adjusment itu perlu dilakukan untuk kita bisa menangkap EOR dan lainnya,” kata Dwi.(RI)
Komentar Terbaru