JAKARTA – Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik di Kalimantan saat ini rata-rata sekitar 12 sen dan Tarif Dasar Listrik (TDL) 10 sen dengan total kapasitas terpasang sekitar 3.000 MW. Jika penambahan kapasitas di Kalimantan sekitar 3.000 MW dengan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) yang BPP-nya sekitar 6 sen, maka rata-rata BPP Kalimantan akan turun menjadi 9 sen per kwh atau jauh di bawah TDL.
“Tidak ada alasan TDL tidak dapat turun, bukan saja akan mendorong tumbuhnya industri di Kalimantan tetapi juga akan memperbaiki bottom line PT PLN (Persero) yang selama ini mensubsidi wilayah di luar Jawa,” kata Bob S Effendi, Kepala Perwakilan Thorcon International Pte.Ltd kepada Dunia Energi, Jumat (6/12).
Bob mengatakan pada dasarnya pemerintah tidak ada masalah dengan PLTN, bahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sudah menyatakan sepakat PLTN asal murah. Menristek/Kepala BRIN mengatakan bahwa PLTN sebaiknya dibangun tanpa APBN alias melalui investasi swasta.
“Salah satu permasalahan adalah tidak adanya kajian komprehensif tentang PLTN yang diberikan Presiden,” kata Bob.
Thorcon International berencana menanamkan investasi Rp17 triliun melalui pembangunan PLTT 500 MW di Indonesia dan telah bekerja sama dengan PT PAL (Persero) untuk memproduksi beberapa komponen termasuk reaktor.
Kajian yang telah dilakukan oleh P3Tek Balitbang Kementerian ESDM menyimpulkan bahwa penawaran Thorcon memenuhi harapan pemerintah, yaitu murah dapat besaing dengan batu bara dan keselamatan tinggi. Bahkan Thorcon menjamin kejadian Fukushima tidak mungkin terjadi dan dibangun dengan skema IPP atau tanpa APBN maka dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk masuk pada bauran 2026 – 2027.
Menurut Bob, Thorcon meyakini bahwa pemerintah akan menyetujui proposal yang memenuhi semua harapan dan akan mengirimkan kajian P3Tek kepada Presiden dalam waktu dekat untuk mendapatkan keputusan sehingga program ini dapat berjalan.
“Memang sampai saat ini Thorcon belum pernah di ajak bicara oleh Pemprov Kalbar walaupun Thorcon adalah satu-satunya perusahaan nuklir yang beroperasi di Indonesia sejak 2016,” kata Bob.
Reza Wahyudi, Dekan Fakultas Teknik Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Barat, mengungkapkan sampai saat ini belum ada rencana yang jelas tentang pengembangan PLTT di Kalimantan Barat (Kalbar), seperti siapa investornya dan berapa tarif listriknya. Thorcon dinilai memiliki rencana yang sangat jelas dan terstruktur serta penawaran yang menarik, sehingga layak menjadi pertimbangan pemerintah provinsi.(RA)
Komentar Terbaru