JAKARTA– PT PP Presisi Tbk (PPRE), anak usaha PT PP Tbk (PTPP), memproyeksikan pertumbuhan kontrak pada 2020 sebesar 20%-30%. Kontrak tersebut diproyeksikan bakal dikontribusi terbesar di sektor konstruksi (civil work) akan paling banyak berkontribusi terhadap kontrak kerja.
Benny Pidakso, Direktur Keuangan PP Presisi, mengatakan PP Presisi akan masuk ke sektor penambangan nikel sebagai kontraktor nikel, smelter, dan infrastruktur pertambangan. Tambang nikel dinilai cocok dengan perusahaan karena kapasitas kecil, tidak besar seperti batu bara.
“Posisi PP Presisi dalam proyek nikel nantinya di bawah PTPP sebagai kontraktor utama. PP Presisi sebagai subkontraktor bertugas mengejarkan proyek infrastruktur, pembangunan jalan, fondasi, dan lainnya,” ujar Benny di Jakarta, baru-baru ini.
Benny memerkirakan potensi di tambang nikel masih sangat positif yang didukung oleh kesepakatan antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) dan Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian (AP3I) menyetujui harga nikel lokal dipatok sebesar US$ 30 per metrik ton. “Harga tersebut sangat bagus untuk nikel terutama yang dijual ke smelter lokal,” ujarnya.
Dia mengaku ada proyek yang berjalan di sektor ini, yakni di Kolaka, selain itu ada juga yang dalam proses pitching di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Namun, Benny enggan menyebutkan dengan siapa proyek ini dijalankan.
Sepanjang 2019 perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sebesar Rp 5,8 triliun atau tumbuh 12% dibandingkan tahun lalu. Hingga akhir September 2019, perolehan kontrak baru mencapai Rp 2,9 miliar. Kendati masih tersisa Rp 3 triliun, PP Presisi optimisitis mampu mewujudkan target tersebut.
Untuk mencapai target tersebut, PP Presisi mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1 trilun. Hingga akhir Oktober serapan belanja modal mencapai Rp580 miliar. “Kami proyeksikan penyerapan belanja modal tahun ini berkisar Rp600 miliar-Rp700 miliar,” jelas Benny. (RA)
Komentar Terbaru