JAKARTA – PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang (PHE Jambi Merang), cucu usaha PT Pertamina (Persero) mulai aktif melakukan kegiatan eksplorasi pasca resmi menandatangani kontrak gross split Blok Jambi Merang sejak 10 Februari 2019 hingga 20 tahun mendatang. Tidak tanggung-tanggung, PHE Jambi Merang akan melakukan kegiatan eksplorasi survei seismik 2D dengan jarak 30 ribu kilometer. Pertamina mengklaim kegiatan survei tersebut merupakan terbesar dalam 10 tahun terakhir di kawasan Asia Pasifik.
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan dengan kegiatan seismik membuktikan bahwa geliat eksplorasi di Indonesia sudah dimulai, dan Pertamina menjadi pelopor. Ini merupakan bentuk implementasi pertama kalinya dari komitmen kerja pasti (KKP) yang wajib ditunaikan dalam kurun waktu lima tahun pertama pengelolaan blok Jambi Merang.
Menurut Arifin, Pertamina saat ini sudah berubah dan terlihat proaktif dalam mencari cadangan migas baru, terutama minyak yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia. “Kami melihat Pertamina memiliki role yang sangat aktif, jauh beda dengan yang dulu. Sekarang lebih pro aktif untuk mendapatkan resource. Kami pesan ke Pertamina supaya bisa tingkatkan kapasitas, optimal capacity,” kata Arifin disela peresmian kegiatan survei seismik 2D PHE Jambi Merang di pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (12/11).
Dia menuturkan pemerintah terus berupaya mempercepat penemuan cadangan migas dan meningkatkan produksi melalui peningkatan eksplorasi, baik di dalam wilayah kerja maupun di wilayah terbuka yang bertujuan untuk menemukan potensi cadangan-cadangan baru di area frontier yang selama ini belum tersentuh.
KKP di wilayah kerja Jambi Merang pada tahun 2019 berjumlah US$ 20,46 juta dari total KKP yang disepakati sebesar US$ 239,3 juta yang wajib digelontorkan hingga 2024 untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Khusus untuk kegiatan eksplorasi, dalam KKP sudah dialokasikan sebesar US$196,5 juta untuk meningkatkan penemuan cadangan.
Menurut Arifin kegiatan eksplorasi skala besar harus dilakukan oleh Pertamina karena potensi cadangannya terbilang besar. Pertamina pun diminta tidak berhenti dieksplorasi Jambi Merang, tapi ada wilayah lainnya yang siap menanti untuk dieksplor lebih lanjut.
“Banyak wilayah yang harus kita gali potensinya dan ini salah satu upaya. Kerja itu memang kerja yang memiliki skala signifikan karena lihat nilai keekonomian dan potensi-potensi yang ada. Kegiatan tidak tebatas pada Jambi Merang tapi bisa tingkatkan ke daerah lain yang potensial. Kalau sekarang pakai 2D ke depan diupdate ke teknologi lebih tinggi,” ungkap Arifin.
Survei seismik KKP Jambi Merang adalah pelaksanaan perdana di wilayah terbuka Indonesia. Harapannya, Pertamina dapat terus mendukung peningkatan produksi dan cadangan migas nasional terlebih bisa mendapatkan giant discovery.
Kegiatan survei 2D PHE Jambi Merang tidak hanya dilakukan di wilayah blok Jambi Merang. Karena terbuka, maka survei juga dilakukan di luar wilayah Jambi Merang. Dalam kegiatan ini PHE Jambi Merang menunjuk PT Elnusa Tbk untuk melakukan survei 2D dimulai dari perairan barat hingga ke timur Indonesia.
Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan survei sepanjang hampir 30 ribu km akan melewati sedikitnya 29 cekungan. Ia optimistis dengan kegiatan survei kali ini lantaran teknologi yang digunakan juga tidak main-main dan menjadi salah satu teknologi survei seismik terdepan yang dilakukan oleh kontraktor migas tanah air.
Lintasan sesimik 2D lepas pantai tersebut akan melewati beberapa cekungan yang diindikasikan memiliki potensi sumberdaya migas yang besar (giant discovery) di antaranya Bangka Offshore area – Makassar Strait dan Buton Offshore. Maklum saja, giant discovery terakhir adalah blok Cepu pada tahun 2001 serta blok Masela pada tahun 1998.
“Survei seismik 2D lepas pantai ini merupakan aktivitas eksplorasi terbesar selama satu dekade terakhir, karena melewati perairan Bangka hingga Seram. Selain itu, seismik 2D ini menggunakan teknologi 2D seismic marine broadband dan dikerjakan oleh single operator, Elnusa,” kata Dwi.
Selain survei Seismik 2D lepas pantai tersebut, juga tengah berlangsung pelaksanaan survei seismik 3D di dalam wilayah kerja Jambi Merang seluas 237 km2 yang meliputi dua provinsi yaitu Sumatera Selatan dan Jambi, serta tiga kabupaten yaitu Musi Banyuasin, Banyuasin, dan Muaro Jambi.
Pertamina akan melakukan survei seismik 2D selama enam bulan, kemudian data tersebut bisa dimanfaatkan Pertamina paling lama selama satu tahun baru kemudian data tersebut akan dibuka untuk umum sebagai open data.
Gairah Investasi
Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina mengungkapkan bahwa survei 2D kali merupakan survei regional ini Pertamina tidak mau setengah-setengah, lantaran posisinya sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah untuk menjalankan KKP guna menemukan cadangan migas baru.
“Hasil seismik 2D yang akan diserahkan ke pemerintah dan diharapkan bisa menggairahkan investasi Indonesia dan jadi salah satu sarana road to giant discovery. Bagi Pertamina survei 2D ini milestone besar yang komitmen eksplorasi new venture yang akan menambah cadangan Indonesia,” kata Dharmawan.
Menurut Dharmawan, sebenarnya Pertamina tidak hanya survei 2D, tapi ada beberapa kegiatan eksplorasi lain yang sedang dan segera akan dilakukan diantaranya melakukan studi awal berupa kegiatan geologi dan geofisika (G&G) di lima area. Areanya sendiri telah ditetapkan oleh SKK Migas. Kemudian juga dilakukan survei Full Tensor Gravity (FTG) di wilayah kepala burung Papua serta melakukan processing dan reprocessing data 2D, dan 3D dengan teknologi terbaru.
Tutuka Ariadji, pengamat migas dan staf pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) menyambut positif adanya kegiatan eksplorasi skala besar. Apalagi kali ini dilakukan oleh Pertamina. Menurutnya ini bisa jadi tanda positif mulai menggeliatnya aktifitas eksplorasi migas nasional.
“30 ribu km adalah eksplorasi yang cukup panjang, walau 2D. Ini sangat menggembirakan, pertanda yang sangat baik, karena ditengah lesunya kegiatan eksplorasi, akan dilakukan seismik yang cukup signifikan” kata Tutuka.(RI)
Komentar Terbaru