JAKARTA – Indonesia dipastikan tidak akan melakukan impor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dalam waktu dekat, paling tidak hingga 2025. Hal ini lantaran adanya temuan cadangan gas baru dalam beberapa tahun terakhir.

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan semula sempat ada prediksi kekurangan pasokan gas, sehingga ada opsi untuk impor dalam neraca gas. Namun dengan adanya temuan baru, impor gas urung dilakukan.

“Gas tidak impor, itu dibikinnya (neraca gas) dulu waktu belum ditemukan banyak itu (cadangan gas),” kata Jonan ditemui usai menghadiri Gas Indonesia Summit 2019 di Jakarta, Rabu (31/7).

Jonan mengatakan hingga 2025 target penggunaan gas untuk dalam negeri minimal 50% dari produksi nasional. Untuk bisa mempertahankan serapan gas domestik maka distribusi gas tidak boleh jauh dari sumber.

Selain itu, Jonan juga meminta kepada produsen gas untuk beroperasi dengan efisien agar harga gas yang dipasarkan menjadi lebih murah. Jika tidak gas akan kalah bersaing dengan sumber energi lain yang lebih murah semisal batu bara.

“Saya sarankan untuk teman-teman di upstream gas produksi harus seefisien mungkin. Bukan eranya lagi biaya produksi dibebankan ke konsumen, jadi harus efisien,” kata Jonan.

Beberapa pasokan baru gas nantinya adalah dari proyek Jambaran Tiung Biru yang dikerjakan oleh Pertamina. Lalu ada Saka Kemang yang dikelola oleh Repsol serta gas dari Blok Tangguh Train 3.(RI)