JAKARTA – Realisasi lifting migas hingga Juni 2019 baru mencapai 90% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar dua juta barel ekuivalen per day (BOEPD).Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) total lifting migas sebesar 1,808 juta boepd dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bph) atau 97% dari target APBN 775 ribu bph.
Sama seperti minyak, lifting gas hingga semester I hanya sekitar 85% setara dengan 5.913 Juta Kaki Kubik Per Hari (MMSCFD) atau 1,06 juta BOEPD dari target sebesar 7.000 MMSCFD atau 1,25 juta BOEPD.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas masih optimistis bahwa realisasi lifting masih bisa ditingkatkan, bahkan bukan tidak mungkin mencapai target APBN dengan penggunaan teknologi yang tepat.
“Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang,” kata Dwi, Selasa (9/7).
Wisnu Prabawa Tahar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan secara umum decline rate saat ini secara alamiah rata-rata pada kisaran 15%-20% pada mayoritas lapangan mature di Indonesia.
“Namun dengan upaya optimalisasi serta pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, onstream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal, khususnya untuk oil decline rate-nya dapat di minimalkan di bawah 5%,”ungkap Wisnu.
Lebih lanjut dia menuturkan realisasi lifting minyak memang belum mencapai target, hal ini disebabkan oleh kemampuan cadangan-nya yang perlu dijaga untuk terus optimal. “Jangan sampai water cut nya naik,” tukasnya.
Selain itu SKK Migas juga meminta para KKKS agar memaksimalkan aktivitas lifting minyak sehingga stock minyak yang ada di tangki juga diminimalkan. “Sehingga dalam beberapa bulan terakhir, lifting minyak lebih besar dari produksinya,” tukasnya.
Wisnu menyatakan untuk semester II realisasi lifting dan produksi migas diharapkan meningkat dengan mulai rampungnya beberapa proyek yang saat ini masih dalam tahap pengerjaan seperti pada proyek YY-ONWJ, Panen-Jabung, dan Kedung Keris-Cepu, yang akan memberikan tambahan produksi minyak secara total sekitar 10.000 bopd, mulai Kuartal IV 2019.
“Kemudian ada tambahan produksi minyak lainnya diharapkan berasal dari Blok Merangin II sekitar 1.500 bopd dari produksi eksisting di awal tahun 2019,” ujar Wisnu.
Kemudian untuk untuk realisasi lifting gas, harus diakui jauh dari target karena masih dikisaran 86%. Menurut Wisnu untuk lifting gas penyerapan oleh buyer gas cukup menentukan, salah satunya kargo Liquefied Natural Gas (LNG) di Bontang. Dia menjelaskan bahwa LNG belum diserap maksimal oleh Pertamina sebagai buyer.
“Hal ini akhirnya menyebabkan harus ada penurunan intake Gas di Bontang, rata-rata sekitar 200 MMSCFD dari semua gas producer di Kalimantan Timur, sejak awal bulan Juni 2019 hingga saat ini,” jelas Wisnu.(RI)
Komentar Terbaru