JAKARTA – PT Freeport Indonesia mengklaim serius untuk segera melanjutkan proses pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Salah satunya ditunjukkan dengan segera menghimpun pendanaan pembangunan smelter dari pinjaman bank dan ditargetkan bisa diperoleh pada tahun ini.
Tony Wenas, Presiden Direktur Freeport Indonesia, mengatakan saat ini sudah dilakukan pembicaraan dengan beberapa bank untuk pendanaan smelter yang nilai investasinya ditaksir mencapai US$2,8 miliar tersebut. Banyak perbankan yang menyatakan minat untuk terlibat dalam proyek smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur.
Tony memastikan kebutuhan biaya nantinya tidak akan sepenuhnya mengandalkan pinjaman atau utang, melainkan juga masih ada kontribusi pendanaan internal perusahaan.
“Masih dalam proses pembicaraan (pinjaman), tapi banyak yang minat. Mungkin sudah 15 bank yang berminat. Bank asing sama bank nasional,” kata Tony di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rabu (12/6).
Selain pinjaman langsung dari bank, Freeport juga tetap membuka peluang untuk mendapatkan pendanaan melalui obligasi. Dana yang telah dikeluarkan Freeport untuk smelter dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga tersebut sekitar US$ 150 juta. Seluruhnya masih berasal dari kas internal perseroan.
Konstruksi smelter sendiri ditargetkan dimulai pada semester I tahun 2020 untuk mengejar waktu penyelesaian pada 2023. Persiapan lahan tengah dilakukan di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik.
“Untuk konstruksi fisiknya ya. (Pertengahan tahun depan). Sekarang pematangan tanah dengan dipadatkan dulu,” kata Tony.
Hingga kini progres pembangunan smelter Freeport dinilai masih sesuai dengan rencana, meski baru mencapai 3,86%. Berdasarkan data Kementerian ESDM, target itu sebenarnya telah memenuhi target dalam enam bulan yang dipersyaratkan oleh pemerintah.
Yunus Saefulhak, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan dari target enam bulanan sudah mencapai 100%.
“Target sesungguhnya 3,85% karena perubahan metode yang tadinya menggunakan Mitsubishi menjadi Autotec,” kata Yunus
Menurut Yunus, investasi Autotec jauh lebih besar. Semula pembaginya lebih kecil, sekarang pembaginya lebih besar. Realisasi progress sebesar 3,86% itu terdiri dari persiapan awal, yaitu feasibility study, environment study, sewa lahan selama lima tahun.
“Selain itu juga mengenai persiapan lahan, detail geoteknikal dan investigasi. Garis besarnya pematangan lahan,” katanya.
Perubahan Autotec dari Mitsubishi merupakan strategi yang dilakukan oleh Freeport karena metode Autotec dinilai akan lebih efisien dari sisi konsumsi energi nantinya.
Freeport-McMoRan Inc. induk usaha Freeport melalui Kathleen L. Quirk, Executive Vice President & Chief Financial Officer, mengatakan pengerjaan masih terbatas pada penyelesaian desain teknis dan rekayasa awal Front End Engineering Design (FEED). Oleh karena itu, nilai investasinya diperkirakan masih di bawah US$100 juta pada tahun ini. Freeport-McMoRan memperkirakan pengeluaran untuk smelter pada 2020 bakal melonjak.
“Kami belum punya angka spesifik sebelum desain rinci selesai, tapi kami mengestimasikan di kisaran US$500 juta pada tahun depan,” kata Kathleen.(RA)
Komentar Terbaru