NEW YORK – Pernyataan Arab Saudi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir menyetujui untuk memperpanjang pengurangan produksi setelah Juni mendorong harga minyak dunia meningkat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB).

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik US$1,62  atau 2,6% menjadi US$63,29 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli juga naik US$1,4 atau 2,7% menjadi US$53,99 per barel di New York Mercantile Exchange.

Brent sebelumnya membukukan penurunan mingguan ketiga, turun hampir dua persen, sementara WTI naik sekitar satu persen untuk minggu ini. Pada Rabu (5/6) kedua kontrak acuan itu mencapai titik terendah sejak Januari.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih seperti dikutip Antara, mengatakan dalam konferensi di Rusia bahwa OPEC dan sekutunya harus memperpanjang pengurangan produksi minyak.

OPEC memerlukan lebih banyak pembicaraan dengan negara-negara non-OPEC yang merupakan bagian dari kesepakatan untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), yang berakhir pada akhir bulan ini.

Pasokan juga telah dibatasi oleh sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap ekspor minyak dari Venezuela dan Iran. Pada Kamis (6/6), Washington memperketat tekanan pada perusahaan minyak milik negara Venezuela dengan menjelaskan bahwa ekspor diluents (pengencer) oleh pengirim-pengirim internasional dapat dikenakan sanksi.

Di Amerika Serikat, perusahaan energi minggu ini mengurangi jumlah rig minyak ke level terendah sejak Februari 2018. Pengebor minyak dan gas memangkas 11 rig dalam penurunan mingguan terbesar sejak April, menjadikan jumlah rig turun menjadi 789, kata perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes.

Harga minyak juga didukung oleh kenaikan di pasar ekuitas, setelah perlambatan tajam dalam pertumbuhan pekerjaan AS meningkatkan harapan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.

“Apa yang kami lihat adalah bank sentral global siap merespons perlambatan ekonomi,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago dikutip dari Reuters.

Tetapi investor masih khawatir tentang ketegangan perdagangan yang dapat menghambat ekonomi global, termasuk perselisihan antara Amerika Serikat dan China.

Amerika Serikat juga mengancam tarif barang dari mitra dagang utama Meksiko. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat (7/6) ada “peluang bagus” Amerika Serikat akan membuat kesepakatan perdagangan dengan Meksiko, tetapi jika kedua negara gagal membuat perjanjian, tarif lima persen akan dikenakan pada impor Meksiko pada Senin (10/6).

Karena data ekonomi yang lemah dan konflik perdagangan yang meluas, Commerzbank merevisi perkiraan kuartal ketiga untuk Brent turun menjadi US$66 dari US$73 per barel. (RA)