JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), anggota holding BUMN tambang, pada tahun ini menargetkan laba bersih sebesar Rp1,2 triliun, naik signifikan dibanding raihan laba bersih 2018 sebesar Rp531,35 miliar. Target laba tersebut mempertimbangkan target penjualan yang diprediksi akan bagus.
Seiring target laba bersih yang besar, Timah juga mengalokasikan belanja modal 2019 sebesar Rp 2,58 triliun, juga meningkat signifikan dibanding 2018.
Riza Pahlevi Tabrani, Direktur Utama Timah, mengatakan guna mencapai target laba bersih perseroan merancang sejumlah strategi. Pertama, meningkatkan tingkat keyakinan terhadap besar cadangan timah yang ada di Izin Usaha Pertambangan (IUP) perseroan dan fokus pada aktivitas penambangan di lokasi yang cadangannya relatif mudah.
Kedua percepatan produksi bijih timah menjadi logam melalui peningkatan kapasitas, produktlvitls, efektivitas, dan eflsiensi di seluruh mata rantai yang ada. Ketiga, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas penjualan kepada target market dunia potensial.
Keempat, meningkatkan besar modal kerja yang murah untuk menunjang keseluruhan aktivitas operasional bisnis. Kelima, peningkatan kapasitas human capital. Keenam, sinergi bisnis dan operasi dengan sesama anggota holding pertambangan dan anak perusahaan.
Dalam hal produksi logam, Timah juga meningkatkan kapasitas washing plant untuk dapat menampung bijih timah dari pertambangan rakyat. Timah juga akan meningkatkan cadangan di tambang yang dimiliki.
Per Oktober 2018 tercatat total cadangan aluvial Timah sebesar 415.358 ton atau masih bisa bertahun sampai 10 tahun ke depan.
“Kami optimistis kinerja Timah pada 2019 akan meningkat seiring dengan membaiknya tata kelola pertimahan di Indonesia, terutama dengan dukungan regulasi dari pemerintah,” kata Riza usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (23/4).
Timah pada 2018 berhasil meningkatkan raihan laba bersih sebesar 6% dibandingkan laba bersih pada 2017 sebesar Rp502,43 miliar.
“Strategi peningkatan kinerja telah dilaksanakan secara konsisten. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kinerja keuangan maupun kinerja operasi,” kata Riza.
Pada 2018, Timah mengeluarkan belanja modal sebesar Rp1,18 triliun yang dialokasikan untuk peningkatan kapasitas pada mesin dan instalasi, sarana pendukung produksi, rekondisi dan replacement serta untuk pembangunan teknologi fuming yang digunakan untuk memproses kembali tin slag (non valued material) yang saat ini tidak bisa diambil dengan menggunakan tanur yang ada, serta teknologi Ausmelt untuk memproses kadar bijih timah antara 40%-60%.
Belanja modal tersebut telah berhasil meningkatkan volume produksi bijih timah sebesar 43% dari 31,178 ton pada akhir 2017 menjadi 44,514 ton pada akhir tahun 2018. Volume penjualan logam tahun 2018 juga meningkat menjadi 33.818 metrik ton dari tahun sebelumnya sebesar 29.914 metrik ton. Sampai dengan akhir tahun 2018 tercatat penjualan logam timah sebesar 33.818 Mton atau naik 13% dibandingkan tahun 2017 sebesar 29.914 metrik ton.(RA)
Komentar Terbaru