JAKARTA – Pemerintah menargetkan PT Pertamina (Persero) menemukan cadangan minyak dan gas baru berskala besar atau giant discovery. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengalokasikan sebagian komitmen kerja pasti blok terminasi untuk kegiatan eksplorasi.
Jaffee Suardin, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan pada tahun lalu pemerintah melihat masih ada potensi yang bisa dikembangkan di blok terminasi, untuk keputusan pengelola selanjutnya dilakukan lebih awal agar investasi menjadi lebih pasti.
“Jambi Merang merupakan salah satu dengan komitmen kerja pasti terbesar. Salah satunya untuk kegiatan eksplorasi, baik di dalam maupun luar wilayah kerja,” ujar Jaffee disela acara Alih Kelola Blok Jambi Merang dari Joint Operation Body (JOB) Pertamina-Talisman Jambi Merang ke Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang di Sungai Kenawang Gas Plant, Desa Kali Berau, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Sabtu (9/2).
Menurut Jaffee, kegiatan eksplorasi Jambi Merang merupakan yang pertama kali dilakukan di dalam maupun di luar wilayah kerja. Hal ini dilakukan salah satunya untuk bisa menemukan giant discovery.
SKK Migas mencatat rasio antara cadangan minyak dan gas bumi (migas) yang ditemukan dengan yang diproduksikan (Reserve Replecement Ratio/RRR) di Indonesia pada 2018 telah lebih dari 100%. Artinya, migas yang ditemukan sama besar dengan yang diproduksikan.
“Beberapa tahun terakhir, reserve replacement ratio kita masih sekitar 50-60%, tetapi untuk pertama kalinya pada 2018, Indonesia memiliki cadangan sebesar 104% atau sekitar 800 juta barel yang ditemukan tahun lalu,” ungkap Jaffee.
Jaffee menjelaskan pada tahun 2019, SKK Migas berupaya meningkatkan penemuan cadangan migas yang berdampak pada kenaikan lifting atau produksi untuk ketahanan dan kedalulatan energi nasional.
Pemerintah mengklaim investasi hulu migas nasional makin menarik bagi para investor sejak diterapkannya kontrak bagi hasil gross split menggantikan skema cost recovery”. Setidaknya sudah ada 30 wilayah kerja (WK) yang kini menggunakan skema gross split.
Namun demikian, tantangan yang dihadapi untuk hulu migas adalah teknologi baru eksplorasi dan mempercepat proses bisnis agar lapangan migas bisa langsung berproduksi.
“Sebenarnya minyak kita belum habis, yang kehabisan teknologi mana yang bisa mengeluarkan minyak dari dalam tanah. Kuncinya ke depan adalah teknologi dan mempercepat proses bisnis supaya begitu ditemukan, langsung produksi,” ungkap Jaffee.
Pertamina mengalokasikan US$40 juta dari bagian US$239 juta komitmen kerja pasti Blok Jambi Merang untuk akan melakukan eksplorasi di dalam maupun luar wilayah kerja Jambi Merang.
“Tahun ini kami survei seismik dulu, biaya yang dialokasikan untuk tahun ini sebesar US$5 juta,” ujar Meidawati, Direktur Utama PHE.
PHE melalui PHE Jambi Merang resmi mengelola Wilayah Kerja atau Blok Jambi Merang, Minggu (10/2). PHE Jambi Merang mengambil alih pengelolaan dari Joint Operation Body (JOB) Pertamina-Talisman Jambi Merang yang kontraknya berakhir pada 9 Februari 2019.
Selain menjadi operator, PT Pertamina (Persero) melalui PHE menguasai 100% hak partisipasi (Participating Interest/PI) Blok Jambi Merang. Pertamina sebelumnya menguasai 50% hak partisipasi. Sisanya, dikuasai Repsol 25% dan Pacific Oil & Gas (Jambi Merang) Limited 25%. (AT)
Komentar Terbaru