JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menetapkan alokasi belanja modal 2019 sebesar US$4,2 miliar hampir sama dengan alokasi tahun lalu. Belanja modal Pertamina 2018 tercatat US$4 miliar yang merupakan hasil revisi dari alokasi awal yang mencapai US$5,59 miliar.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan sektor hulu masih menjadi prioritas investasi Pertamina. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi minyak dan gas.
“Pada 2019 alokasi US$4,2 miliar, porsi hulu 60%. Itu kebanyakan untuk drilling dalam rangka meningkatkan produksi,” kata Nicke usai menghadiri rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (4/2).
Sebagian besar alokasi belanja modal dipastikan akan diperuntukkan bagi kegiatan Pertamina di sektor hulu yakni sebesar US$ 2,5 miliar. Sisanya sebesar US$ 1,9 miliar otomatis menjadi jatah untuk pengembangan sektor hilir.
Untuk sektor hulu peningkatan kegiatan pengeboran di wilayah kerja, khususnya di Blok Mahakam adalah salah satu pos pembiayaan.
Sebagian besar porsi investasi itu digelontorkan untuk berbagai upaya untuk menjaga produksi minyak dan gas bumi (migas) agar tidak anjlok, salah satunya dengan mengebor 360 sumur eksploitasi. Sebanyak 140 diantaranya akan dibor di wilayah Kalimantan. Khusus untuk Blok Mahakam akan dilakukan pengeboran 118 sumur. Selain itu, Pertamina juga akan mengebor 27 sumur eksplorasi.
Menurut Nicke, untuk sektor hilir, salah satu fokus investasi adalah Refinery Development Master Plan (RDMP), salah satu yang paling maju progressnya adalah Kilang Balikpapan. “Saya harus melihat detail ya kalau itu. Tapi anggarannya ada,” ungkap Nicke.
Nicke mengatakan alokasi belanja modal mengalami penyesuaian jika dibanding yang sudah direncanakan manajemen sebelumnya. Ini disebabkan adanya beberapa kegiatan di anak perusahaan yang langsung menggunakan pendanaan dari anak usaha.
Sumber Dana
Nicke mengatakan untuk tahun ini pendanaan belanja modal masih akan berasal dari kemampuan pendanaan perusahaan. Manajemen Pertamina juga belum berencana untuk kembali menerbitkan bond atau surat utang.
“Kan ada juga yang kerja sama. Jadi belanja modal ada yang kami sendiri, ada yang kerja sama dengan anak perusahaan dan sebagainya. Dari equity (pendanaan capex), belum ada rencana terbitkan bond,” ungkap Nicke.
Kilang menjadi salah satu fokus perseroan untuk bisa segera dikembangkan, menyusul tidak adanya progress berarti pada tahun lalu. Apalagi pemerintah juga sudah beberapa kali menyindir terlambatnya pembangunan kilang oleh Pertamina.
Pahala N Mansury, Direktur Keuangan Pertamina, sebelumnya mengatakan pada 2018 capex cukup besar dialokasikan untuk pengambilalihan blok-blok terminasi, termasuk blok Rokan yang mengabiskan dana sebesar US$ 784 juta untuk pembayaran sinature bonus dan US$ 50 juta untuk membayar jaminan komitmen kerja pasti.
Sementara untuk 2019, di hilir akan lebih banyak untuk proyek RMDP. “Untuk 2019 lebih banyak untuk investasi upgrading kilang (RDMP) yang masih dalam tahap pengembangan,” tandas Pahala.(RI)
Komentar Terbaru