JAKARTA – Realisasi investasi migas diproyeksi tidak akan kembali mencapai target pada tahun ini. Hingga 30 September 2018, realisasi investasi yang tercatat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) baru mencapai 56% dari target sebesar US$14,2 miliar atau baru mencapai US$7,9 miliar.
SKK Migas memproyeksikan hingga akhir 2018, realisasi investasi tidak akan mencapai target. Investasi sepanjang tahun ini diproyeksikan hanya mencapai 79% atau US$11,2 miliar.
Wismu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan beberapa program eksplorasi dan pengembangan dipastikan tetap berjalan, jadi tidak ada investasi yang berhenti. Hanya masalah waktu saja, sehingga belum tercatat sepenuhnya oleh SKK Migas.
“Masih ada beberapa program eksplorasi dan pengembangan yang masih berjalan dan belum selesai, sehingga belum tercatat realisasi biayanya. Ini di monitor terus, supaya maksimal bisa terealisasi program-program tersebut,” kata Wisnu kepada Dunia Energi, Senin (8/10).
Data SKK Migas mencatat ada lima proyek yang sebenarnya ditargetkan rampung pada tahun ini. Pengembangan Blok A oleh PT Medco E&P Malaka yang seharusnya onstream pada Juli 2018, hingga kini masih menunggu kesiapan pembeli gas. Blok A ditargetkan memproduksi gas sebesar 55 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Selanjutnya, proyek optimalisasi produksi Lapangan Lica dan pengaliran gas Temelat ke Stasiun Gunung Kembang oleh PT Medco E&P Indonesia, yang ditargetkan onstream pada Oktober dan Desember tahun ini. Proyek berikutnya adalah proyek SP yang digarap PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ yang ditargetkan rampung pada Oktober. Serta proyek yang dikerjakan PT Pertamina EP, pembangunan subsea pipeline gas lift BW Field Poleng yang ditargetkan rampung Desember 2018.
Menurut Wisnu, proyeksi capaian hingga akhir tahun ini dengan pertimbangan kondisi saat ini, realisasi kegiatan dan perkiraan tambahan kegiatan di kuartal IV yang bisa selesai.
“Datanya dinamis dan terus kami monitor hingga akhir tahun,” tukasnya.
Realisasi Lifting
SKK Migas juga mencatat realisasi produksi siap jual atau lifting minyak hingga 30 September 2018 mencapai 774 ribu barel per hari (bph) atau 97% dari target APBN 2018 sebesar 800 ribu bph. Hingga akhir tahun, diperkirakan hanya akan mencapai 775 ribu bph.
Untuk gas yang pada APBN 2018 ditargetkan mencapai 1.200 barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD), realisasi hingga 30 September rata-rata tercatat hanya 1.145 BOEPD atau hanya 95% dari target.
Disisi lain, cost recovery tahun ini diperkirakan akan melampaui target yang ditetapkan APBN. Jika target ditetapkan sebesar US$ 10,1 miliar maka perkiraan hingga 2018 cost recovery yang harus dibayar pemerintah sebesar US$11,7 miliar atau 116%. Hingga September, cost recovery yang dibayar pemerintah sudah 87% atau sebesar US$8,7 miliar.(RI)
Komentar Terbaru