JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pengelolaan Blok Rokan tidak dapat dilakukan sendiri oleh PT Pertamina (Persero), meskipun sudah ditetapkan sebagai operator pasca berakhirnya kontrak PT Chevron Pacific Indonesia pada 2021. Pertamina diharuskan mencari partner untuk mengelola blok migas terbesar di Indonesia tersebut.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan ketentuan pengelolaan Blok Rokan dengan strategi partnership akan dituangkan dalam term and condition kontrak yang sedang difinalisasi.
“Harus mencari partner, wajib,” tegas Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Senin malam (6/8).
Dia menambahkan meskipun diwajibkan, pemerintah tidak akan membatasi atau mengatur proses pemilihan partner Pertamina. Pertamina bisa mencari sendiri dan bernegosiasi harga hak partisipasi (Participating Interest/PI) yang akan di-share down ke calon partner.
“Lihat di term and condition nanti, business to business (negosiasi),” ungkap dia.
Untuk diketahui kewajiban pencarian partner merupakan kebijakan baru karena dalam proses alih kelola sebelumnya seperti di Blok Mahakam, pemerintah tidak mewajibkan hanya membolehkan Pertamina mencari partner dengan batasan PI yang dilepas maksimal 39%.
Ediar Usman, Direktur Pembinaan Hulu Ditjen Migas Kementerian ESDM, mengatakan ada beberapa pertimbangan yang membuat pemerintah mewajibkan Pertamina tidak sendirian dalam mengelola blok Rokan. Hal utama adalah untuk mempertahankan produksi minyak di level yang sama seperti sekarang atau bahkan meningkatkan produksi.
Partner yang dipilih nantinya harus benar-benar memiliki pengalaman di industri hulu migas. Namun posisi Pertamina harus tetap sebagai pemegang PI mayoritas.
“Kalau dilihat keterangan Pak Menteri (ESDM), sepanjang Pertamina itu juga dibantu bagaimana meningkatkan produksi. Semua yang di hulu yang punya pengalaman boleh (berpartner dengan Pertamina) ,” ungkap Ediar.
Selain itu dengan berpartner Pertamina juga bisa membagi modal investasi besar yang diperlukan untuk mengelola Rokan. Risiko usaha juga akan menjadi terbagi.
Menurut Ediar, dengan berpartner dengan yang lebih berpengalaman, Pertamina juga bisa mendapatkan dukungan dari sisi teknologi serta Sumber Daya Manusia (SDM).
“Ada dukungan dana juga menurut saya begitu. Dukungan macam-macamkan, menambah pemikiran lagi, teknologi, bukan hanya kasih uang, tapi ada dukungan SDM. Nah itu yang bisa dilakukan untuk meningkatkan itu (produksi),” kata Ediar.(RI)
Komentar Terbaru