JAKARTA – Chevron, perusahaan migas asal Amerika Serikat, menyiapkan dana hingga US$88 miliar atau setara Rp1.276 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS) , jika kontrak pengelolaan Blok Rokan melalui PT Chevron Pacific Indonesia diperpanjang pada 2021.
Sebagai kontraktor eksisting, Chevron tidak hanya melobi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) namun juga langsung menghadap Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Maritim. Saat bertemu dengan petinggi Chevron, termasuk Chuck Taylor, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit, Luhut mengatakan, Chevron menjanjikan investasi lanjutan di Blok Rokan dalam skala besar. Investasi di Rokan akan dilakukan dalam dua tahap.
“Dia (Chevron) mau investasi pertama US$33 miliar, yang kedua US$55 miliar, katanya begitu. Nanti diomongin sama Kementerian ESDM,” kata Luhut di Jakarta, Selasa (24/7).
Salah satu investasi yang terbesar adalah dengan menerapkan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) sehingga bisa meningkatkan cadangan dalam jumlah signifikan. “Dia bisa meningkatkan kapasitas cadangan dari blok itu ke 1,2 miliar barel,” kata Luhut.
Mekanisme peningkatan cadangannya kata Luhut akan dibagi dalam dua tahap sesuai dengan rencana investasi. Untuk tahap pertama, Chevron memproyeksikan penemuan cadangan hingga 500 juta barel dengan investasi sebesar US$33 miliar. Tahap kedua diproyeksikan didapatkan cadangan sebesar 700 juta barel.
“Jadi stage pertama, dia bisa mendapatkan 500 juta barel itu investasi US$33 miliar. Fase kedua 700 juta barel dia investasi US$ 55 miliar. Ya itu kan 20 tahun,” jelas Luhut.
Selain Chevron, PT Pertamina (Persero) juga berminat untuk mengelola Blok Rokan. Pemerintah menargetkan bisa menentukan pengelola blok yang menjadi salah satu kontributor terbesar produksi minyak nasional itu pada bulan ini.
Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan satu syarat khusus yang harus dipenuhi Chevron agar bisa mulus melanjutkan kontrak di Blok Rokan adalah merevisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) proyek Indonesian Deepwater Development (IDD).
“IDD oke, Chevron lanjut,” tukas Djoko di Kementerian ESDM.
Pemerintah, Selasa (24/7), baru saja melakukan evaluasi terhadap proposal kontrak yang disodorkan Chevron. Namun Djoko enggan membeberkan apa saja yang menjadi poin pembahasan dalam evaluasi tersebut.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan evaluasi terhadap proposal Chevron akan intensif dilakukan dalam minggu ini. Besaran split serta berbagai program sudah disodorkan, kini tim khusus blok terminasi sedang lakukan evaluasi. Pemerintah juga akan membandingkan dengan proposal dari Pertamina.
“Masih dievaluasi, kami lagi compare (bandingkan) tidak boleh angkanya keluar,” tandas Arcandra.(RI)
US$ 88 miliar, kok setara Rp 1,276 triliun? Kecil amat, Redaksi salah hitung tuh. Yg benar Rp 127,6 triliun. Coba deh dihitung ulang.
terima kasih atas komentarnya.