JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memanggil PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Pertamina (Persero) untuk mempresentasikan proposal pengelolaan Blok Rokan yang telah diajukan sebelumnya pada pekan ini. Blok Rokan yang saat ini dikelola Chevron akan habis kontraknya pada 2021.
Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah sampai saat ini masih tetap menargetkan untuk memutuskan pengelola Blok Rokan pasca habis kontrak (terminasi) pada akhir Juli 2018.
“Nanti Kamis. Pagi Chevron, siangnya Pertamina,” kata Djoko di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (17/7).
Lebih lanjut, Djoko menjelaskan pemerintah dalam pembahasan terakhir telah meminta Chevron untuk mengajukan proposal secara komperehensif. Dalam proposal harus termuat keekonomian blok, sisi teknis dan komitmen investasi eksplorasi dan produksi.
“Termasuk berapa dia (Chevron) kasih tawaran signature bonus, berapa komitmen pasti yang dia janjikan, berapa split yang dia minta. Itu paling telat Kamis sudah harus kami terima, papar dia.
Chevron sebelumnya sempat memberikan presentasi yang berisi program kerja ke depan yang dijanjikan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut. Dalam presentasinya Chevron menjanjikan kegiatan Enhance Oil Recovery (EOR), sehingga mampu meningkatkan produksi.
“Semua dari Minas dan Duri. Kalau EOR dari Minas, chemical EOR,” kata Djoko.
Pertamina juga telah menyerahkan proposal kontrak yang saat ini sudah dievaluasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usala Hulu Migas (SKK Migas). Pertamina dalam surat resminya menjanjikan peningkatan produksi Blok Rokan, berikut dengan komitmen kegiatan EOR mulai dari waterflood, steamflood hingga menggunakan bahan kimia atau chemical.
“Sedang dievaluasi proposalnya. Iya, diminta detail, semua sama. Angka-angka harus ada,” tegas Djoko.
Blok Rokan masih menjadi primadona karena menjadi salah satu kontributor terbesar lifting minyak bumi nasional. Data SKK Migas menunjukkan realisasi lifting minyak Chevron di Blok Rokan sebesar 207,14 ribu BOPD atau menempati urutan kedua setelah Exxonmobil.(RI)
Komentar Terbaru