JAKARTA – PT United Tractors Tbk (UNTR) akan tetap mengikuti kebijakan domestic market obligation (DMO) batu bara yang ditetapkan pemerintah, meskipun batu bara yang diproduksi memiliki kalori menengah dan tinggi.
“DMO kami support, ikut 25% keputusan pemerintah. Batu bara kami tidak jual ke PT PLN (Persero), tapi nanti pasti diminta untuk membeli kuota dari yang jual batu bara ke PLN melebihi DMO. Mau tidak mau harus kami beli, dan pasti pengaruh ke profitabilitas,” kata Gidion Hasan, Presiden Direktur United Tractors di Jakarta, baru-baru ini.
United Tractors menjalankan usaha pertambangan batu bara melalui anak usahanya, PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sebagai induk dari unit usaha pertambangan, Tuah Turangga memegang kepemilikan atas sejumlah konsesi tambang batu bara dengan perkiraan total cadangan sebesar 400 juta ton (combined reserve) yang terdiri dari batu bara kalori menengah dan tinggi.
Konsesi tambang Tuah Turangga di antaranya adalah PT Prima Multi Mineral, PT Agung Bara Prima, PT Asmin Bara Bronang, PT Asmin Bara Jaan, PT Duta Sejahtera, PT Duta Nurcahya dan PT Piranti Jaya Utama.
Sepanjang 2017, United Tractors yang 59,5% sahamnya dimiliki PT Astra International Tbk (ASII) mencatat peningkatan laba bersih sebesar 69% menjadi Rp2,5 triliun. Peningkatan tersebut terutama disokong peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi dan kontraktor penambangan serta kegiatan pertambangan, sebagai dampak dari peningkatan harga batu bara
PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan United Tractors di sektor kontraktor pertambangan batu bara, mencatat peningkatan produksi batu bara milik klien sebesar 6% menjadi 26,5 juta ton dan kontrak pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal) meningkat sebesar 22% menjadi 207 juta bank cubic metres (bcm).
Selain Pamapersada, Tuah Turangga juga membukukan peningkatan penjualan batu bara sebesar 36% menjadi 2,6 juta ton.
United Tractors juga mengembangkan proyek kelistrikan melalui anak usaha, PT Unitra Persada Energia, Sumi Energy Ventures LLC, dan KP Power Development B.V. Melalui perusahaan patungan PT Bhumi Jati Power (BJP), UNTR bersama Sumitomo Corporation, The Kansai Electric Power Co., Inc., membangun proyek PLTU Tanjung Jati B Unit 5 & 6 Ekspansi atau PLTU Jawa-4 dan memulai pekerjaan konstruksi pada 31 Maret 2017.
Proyek BOT (Build, Operate and Transfer) tersebut menelan biaya sekitar US$4,2 miliar dan didanai melalui pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan sindikasi tujuh bank komersial: Mizuho Bank, Ltd., Sumitomo Mitsui Banking Corporation, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd., Sumitomo Mitsui Trust Bank, Limited, Mitsubishi UFJ Trust and Banking Corporation, The Norinchukin Bank, and Singapore’s Oversea-Chinese Banking Corporation Limited yang dijamin oleh NEXI Overseas Investment Insurance.
Bhumi Jati akan membangun dua unit baru pembangkit listrik tenaga uap menggunakan teknologi ultra-supercritical (kapasitas pembangkit 2.000 MW) yang merupakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan yang akan dibangun berdekatan dengan pembangkit listrik yang telah dioperasikan sebelumnya yaitu Tanjung Jati B (Units 1-4), lokasinya di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pembangkit listrik ini rencananya akan memasok listrik selama periode 25 tahun untuk PLN, sejak selesainya pembangunan proyek.
Proyek pembangkit listrik tersebut diperkirakan akan dapat memulai operasi secara komersial pada 2021. Proyek itu juga merupakan bagian dari pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW.
“Kami baru membangun PLTU Tanjung Jati, belum ada prospek untuk PLTA,” kata Gidion.(RA)
Komentar Terbaru