JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyiapkan dana investasi US$ 5,6 miliar untuk 2018. Sebagian besar akan dialokasikan untuk sektor hulu minyak dan gas.
Arif Budiman, Direktur Keuangan Pertamina, porsi investasi antara hulu dan hilir hampir seimbang, namun sektor hulu tetap lebih dominan karena berbagai investasi besar sedang digarap Pertamina.
“Tahun ini US$ 5,6 miliar, kurang lebih sekitar 55% untuk sektor hulu,” kata Arif saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Kamis (18/1).
Total investasi hulu yang dialokasikan Pertamina sebesar US$ 3,324 miliar, antara lain untuk Blok Mahakam US$ 659 juta, alokasi akuisisi US$ 590 juta, dan proyek-proyek geothermal yang mulai onstream pada tahun ini seperti PLTP Lumut Balai 1 dan 2, serta PLTP Hulu Lais dengan total anggaran US$ 183,3 juta.
Elia Massa Manik, Direktur Utama Pertamina, menambahkan pada 2018 porsi investasi sektor hulu akan ditingkatkan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari sisi hilir.
“Ada investasi besar, ratusan juta dolar AS, dulu kita telat. Nanti investasi di jetty tangki minyak. Hilir akan signifikan di pemasaran, sekitar US$ 1 miliar di pemasaran, cost-nya memang besar tapi dirasakan manfaatnya nanti,” ungkap Massa.
Strategi Efisiensi
Pertamina juga akan lebih selektif berinvestasi untuk merespon kenaikan harga minyak dunia. Di sisi lain, perseroan tetap harus menjalankan kewajiban penyaluran BBM penugasan yang harganya tidak bisa disesuaikan mengikuti harga minyak dunia. Strategi efisiensi yang tepat menjadi jalan untuk mensiasati kondisi tersebut.
Menurut Massa, beberapa langkah prioritas yang ditempuh adalah pertama, strategi efisiensi konvesnional . “Biasanya kami ke trader, ini langsung manufaktur penghematan material tadinya 100 biaya ini jadi 90. Ini kami lakukan sejak 2017,” kata dia.
Langkah selanjutnya adalah perbaikan proses bisnis. Langkah ini membutuh waktu dan komitmen. “Misalnya, tadinya kami stok, sekarang gak usah stok, langsung pakai. Itu saja kami bayar. Contohnya untuk catalis kilang satu tahun Rp 3 triliun,” ungkap dia.
Langkah berikutnya adalah kombinasi antara kecerdasan dan investasi program. Misalnya peningkatan kemampuan pengolahan kilang – kilang milik Pertamina.
“Kilang biasanya makan sour 0,2%, setelah diupgrade kami confident 0,5%. Ini turunkan cost luar biasa, investasi US$ 25 juta – US$ 30 juta, tapi ini membawa kembali value kurang dari satu tahun. Ini yang mungkin saya bilang quick way,” kata Massa.(RI)
Komentar Terbaru