JAKARTA – Penurunan nisbah kupas, upaya efisiensi berkesinambungan dan harga bahan bakar yang lebih rendah dari perkiraan berhasil menekan beban pokok pendapatan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) hingga 14 persen menjadi US$1,83 miliar pada 2016.
Adaro tercatat berhasil menekan biaya produksi hingga 21,9 persen menjadi US$937,65 juta pada tahun lalu dibanding 2015 yang mencapai US$1,2 miliar. Selain itu, pos royalti kepada pemerintah, biaya pengangkutan dan bongkar muat serta biaya pembelian batubara juga tercatat turun. Demikian pula biaya jasa pertambangan yang turun 11,4 persen.
Disisi lain, pendapatan perseroan yang hanya turun enam persen dari US$2,68 miliar menjadi US$2,52 miliar membuat raihan laba naik signifikan.
Laba kotor naik 26 persen dari US$543,3 juta menjadi US$685,27 juta. Demikian pula laba usaha naik 77 persen dari US$331,88 juta menjadi US$587,61 juta. Serta laba bersih naik 126 persen dari US$151 juta menjadi US$340,68 juta pada tahun lalu.
“Sekali lagi kami mencatat satu tahun yang mencetak kinerja keuangan yang solid di tengah kondisi pasar batubara yang bergejolak,” ujar Garibaldi Thohir, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro.
EBITDA operasional Adaro, tidak termasuk komponen akuntasi non operasional, naik 22 persen menjadi US$893 juta pada 2016. Angka ini melampaui panduan EBITDA operasional yang telah ditetapkan pada kisaran US$450 juta-US$700 juta karena fokus perusahaan terhadap disiplin biaya dan efisiensi berkelanjutan.
Adaro juga berhasil mempertahankan likuiditas yang kuat sebesar US$1,15 miliar yang memberikan fleksibilitas serta penunjang terhadap kondisi pasar yang fluktuatif.
Neraca keuangan juga terus membaik dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,42 kali dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,1 kali.
Menurut Garibaldi, perseroan juga telah mendapat penyelesaian keuangan (financial close) dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni PLTU Batang 2×1.000 megawatt (MW) yang dikembangkan PT Bhimasena Power Indonesia dan PLTU Tanjung berkapasitas 2×100 MW yang dikembangkan PT Tanjung Power Indonesia.
“Kami juga telah mengakuisisi mayoritas terhadap deposit batubara kokas di Kalimantan Tengah dan Timur,” kata dia.
Selain itu, Adaro Energy juga telah menerbitkan saham baru PT Adaro Indonesia kepada EGAT International Company Limited yang menandai kemitraaan strategis sekaligus menciptakan nilai jangka panjang.
“Semua perkembangan ini semakin memperkuat landasan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor batubara dan energi. Serta memberikan posisi saing dalam jangka waktu yang lebih panjang,” kata dia.(AT)
Komentar Terbaru