Berkunjung ke Yogyakarta tak puas rasanya bila Anda tidak merasakan berbagai wisata yang ada. Banyak destinasi wisata yang dapat Anda pilih sesuka hati, mulai dari wisata bersejarah, hingga wisata alam yang menawarkan keindahan ciptaan Tuhan yang memukau. Salah satu referensi wisata yang patut dikunjungi ketika mampir di kota gudeg adalah Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Wisata alam Gunung Api Purba terletak di Desa Nglangeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Sebagai salah satu wisata alam, Gunung Api Purba Nglanggeran menawarkan eksotisme alam yang sangat mengesankan. Objek wisata ini sudah cukup eksis di kalangan para pelancong, kendati usianya relatif baru. Setelah dikenalkan 2010, Gunung Api Purba menjadi sudah ramai dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara.
Gunung ini terdiri atas bongkahan batuan andesit cukup besar dengan bentangan sekira 800 meter dan tinggi sekitar 300 meter. Di area wisata ini, anda dapat melihat panorama alam di sekitar Nglangeran yang indahnya sangat luar biasa. Waktu yang paling tepat untuk menuju ke sana adalah pagi hari sebelum matahari terbit, karena jika anda dapat melihat sunrise di sana, dijamin keindahannya dapat membuat mata anda terbelalak. Selain itu anda yang ingin menikmati sunset romantic di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran sangat bisa sekali. Deretan gunung di sekitar Gunung Api Purba ini juga semakin melengkapi keindahan panorama di sana.
Agus Mashud S, Manajer Small Medium Enterprises Partnership Program (SMEPP) Operation PT Pertamina (Persero), mengatakan Kawasan Ngelanggeran awalnya merupakan lahan marginal yang sulit untuk dikembangkan karena kondisinya gersang dan jauh dari sumber air aktif. Berkat upaya dari pemerintah daerah setempat dan didukung oleh berbagai perusahaan, termasuk Pertamina, pada 2011 kawasan ini mulai ditransformasikan menjadi kawasan yang lebih produktif melaui pembuatan embung sejenis sumber air buatan yg berbentuk seperti kolam. “Langkah tersebut diambil sejalan dengan berkembangnya konsep wisata alam yang semakin digandrungi sejak awal 2010-an,” katanya.
Pengembangan kawasan ini lanjut Agus ditunjang dengan dukungan berupa peningkatan keahlian kepada kelompok tani seputar manajemen pertanian dan sistem bercocok tanam yg lebih modern. Sejak 2013, Pertamina bekerjasama dengan Yayasan Obor Tani sebagai pendamping melakukan serangkaian tinjauan dengan menggandeng kelompok tani setempat untuk mulai mengembangkan kawasan yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.
“Program kemitraan telah terjalin hingga kini dan mulai dapat dirasakan manfaatnya pada panen perdana kebun kelengkeng di kawasan Ngelanggeran, Sabtu (25/02) lalu,” ujar Agus.
Dia menjaslan sejak menjalin kerjasama dengan Yayasan Obor Tani, Pertamina telah melakukan serangkaian tinjauan, upskilling dan pendampingan bagi para petani untuk lebih membuka wawasan mengenai pola cocok tanam dan manajemen pertanian yang lebih modern. Selain itu, Pertamina sejak 2013 membantu kelancaran kegiatan kelompok tani dengan memberikan 2.800 bibit pohon durian dan 300 pohon kelengkeng.
“Dukungan fisik tentunya dibutuhkan oleh para petani, namun yang tidak kalah penting adalah pendampingan dan capacity building yang dapat memberikan nilai tambah bagi kegiatan bercocoktanam warga sekitar”, tambah Agus.
Menurut dia, pemilihan Ngalenggeran sebagai lokasi program Coprorate Social Responsibility (CSR) Pertamina karena karakteristiknya sebagai daerah marginal namun kaya akan potensi. Selain Ngalenggeran, Pertamina juga melakukan program serupa di delapan titik lain di Boyolali, Rembang dan Karanganyar.
Sudiyono, Ketua Kelompok Tani Kencono Mukti, mengatakan program yang diusung Pertamina ini telah memberikan dampak berantai bagi Nglanggeran. Selain dijadikan lokasi perkebunan, dengan adanya embung, kawasan ini menjadi salah satu objek wisata unggulan di daerah Gunung Kidul.
“Warga sekitar dapat membangun warung dan mendapatkan pendapatan dari tiket masuk ke dalam kawasan,” katanya.
Terkait dengan kegiatan panen kelengkeng, Ketua Kelompok Tani Kencono Mukti yang beranggotan 85 orang ini yakin dengan sistem bercocok tanam yang lebih modern serta ditunjang dengan pemberian nutrisi yang dapat meningkatkan kualitas produk, hasil panen Klengkeng jenis Itoh ini tidak kalah dari produk yang ada di pasar modern.
Agus menjelaskan, sebagai bagian upaya dari pemerataan program, ke depannya program serupa akan coba diterapkan di wilayah luar Jawa. “Pengembangan budidaya ini diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan buah lokal yang selama ini masih didominasi buah impor dan mengoptimalkan kawasan-kawasan di Indonesia yang kaya akan potensi,” katanya. (DR)
Komentar Terbaru