JAKARTA- Freeport-McMoRan Inc, perusahaan pertambangan tembaga salah satu yang terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat, diperkirakan mencatatkan pendapatan dari penjualan emas dan tembaga dari tambang Grasberg, Papua sepanjang 2016 sebesar total US$ 3,78 miliar atau sekitar Rp 51,03 triliun (kurs Rp 13.500) didorong kenaikan produksi dan penjualan tembaga serta peningkatan harga emas, menurut analisis Dunia-Energi.Com.

Laporan keterbukaan informasi yang dirilis manajemen Freeport-McMoRan Inc pekan lalu menyebutkan, sepanjang 2016, Freeport-McMoRan melalui anak usahanya, PT Freeport Indonesia membukukan produksi tembaga sebear 1,06 miliar pound, naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya 752 juta pound. Sementara produksi emas justru turun dari 1,232 juta ounce pada 2015 menjadi US$ 1,061 juta once pada 2016.

Penjualan tembaga Freeport dari tambang Grasberg tercatat 1,05 miliar, naik dibandingkan periode 2015 sebesar 744 juta. Dengan harga jual rata-rata tembaga Freeport sepanjang tahun lalu sebear US$ 2,32, Freeport mencatatkan penjualan sebesar US$ 2,45 miliar. Penjualan tembaga ini naik dibandingkan periode tahun sebelumnya yang tercatat US$ 1,73 miliar kendati harga jual tembaga perseroan lebih tinggi sedikit, yaitu US$ 2,33 per pound.

Sementara itu, penjualan emas pada tahun lalu tercatat US$ 1,33 miliar, turun tipis dibandingkan periode 2015 yang tercatat sebesar US$ 1,38 miliar karena volume penjualan turun. Penjualan emas tahun lalu hanya 1,054 juta ounce, turun dibandingkan volume penjualan 2015 sebesar 1,224 juta. Namun, penurunan volume penjualan emas tertolong oleh kenaikan harga jual, dari US$ 1.129 per ounce menjadi US$ 1.237 per ounce.

Richard C Adkerson, President and Chief Executive Officer, Freeport-McMoRan Inc, mengatakan kenaikan penjualan tembaga Freeport dari tambang di Indonesia terutama ditopang realisasi pada kuartal IV 2016 yang sebesar sebesar 352 juta pound atau melonjak 80% dibandingkan kuartal IV 2015 yang sebesar 195 juta pound. Namun, realisasi penjualan pada kuartal IV 2016 tersebut masih lebih rendah dibandingkan estimasi yang disampaikan pada Oktober tahun lalu. “Kondisi itu menggambarkan rendahnya produksi tambang terbuka Grasberg, Papua. Kami sedang melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki produksi tambang terbuka Grasberg,” ujarnya.

Adkerson mengatakan FreeportMcMoRan akan meningkatan produksi dari tambang di Indonesia. Perseroan memproyeksikan produksi tembaga sebanyak 1,3 miliar pound dan emas 2,2 juta ounce. Untuk setiap bulan penundaan karena perusahaan tak kunjung mendapatkan izin ekspor, maka produksi diprediksi terpangkas 70 juta pound untuk tembaga dan 100 ribu ounce untuk emas. Freeport memproyeksikan harga emas rata-rata tahn ini US$ 1.200 per ounce.

“Volume penjualan emas dan tembaga di indonesia bergantung pada sejumlah faktor, termasuk perfora operasi, wakt pengapalan dan mngkin keberlanjutan ekspor konsentrat tembaga,” ujar Adkerson dalam siaran pers yang dikutip dari laman perseroan.

Freeport Indonesia saat ini menambang di fase final tambang terbuka Grasberg, yang didalamnya mengandung tembaga dan emas kualitas tinggi (high grade). Perseroan akan menambang tembaga dan emas kualitas tinggi itu dalam periode beberapa kuartal mendatang, sebelum masa transisi mulai menambang tambang bawah tanah Grasberg Block Cave pada 2018. Perseroan menargetkan untuk memproduksi tembaga dan emas dalam jumlah besar di tambang bawah tanah. Pada 2017-2021, nilai investasi yang digelontorkan diestimasikan sebesar US$ 1 miliar (Rp 13 triliun) per tahun.

Sampai akhir 2016, Freeport-McMoRan memiliki cadangan terbukti pada tambang di Papua, yakni sebesar 26,9 miliar pound tembaga dan 25,8 juta ounce emas. Jumlah cadangan tembaga Freeport di Indonesia adalah urutan ketiga setelah tambang di Amerika Utara dan Amerika Selatan. (DR)