JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara di sektor pertambangan timah, pada tahun ini menargetkan penjualan bijih timah sebesar 25 ribu-30 ribu metrik ton (MT). Secara bertahap penjualan bijih akan dikurangi dan meningkatkan kontribusi penjualan timah yang telah diolah.
Sukrisno, Direktur Utama Timah, mengatakan upaya hilirisasi harus dilakukan secara bertahap. Dengan demikian, diharapkan dapat menciptakan nilai tambah sekaligus lapangan pekerjaan.
“Tins intermediate plant sudah selesai. Artinya bahan-bahan sudah tidak impor. Dari tahun ke tahun hilirisasi akan kita tingkatkan. Saya hitung-hitung pada 2021-2022 itu 20% tin ingot-nya yang dijual dan 80% sudah dibuat hilirisasi,” ungkap dia.
Menurut Sukrisno, saat ini harga timah sudah mulai membaik. Hal ini ditopang oleh upaya pemerintah untuk membenahi sektor pertambangan mineral. “Setiap ada perusahaan yang stop produksi, ada penerbitan regulasi, pasti berpengaruh. Buktinya begitu ada info audit smelter, langsung naik kan harganya,” katanya,
Sukrisno mengatakan harga timah berpotensi naik ke level Rp 17 ribu-18 ribu per metric ton (MT). Bahkan pada akhir semester I harga timah bisa mendekati level Rp 20 ribu per MT.
“Stok LME itu sudah dekati 3.900 ton itu sudah minimal sekali. Biasanya kan 15-16 ribu ton. Kalau perekonomian dunia mulai membaik, pasti akan ada defisit antara demand dan produksi timah,” tandasnya.(RA)
Komentar Terbaru