JAKARTA– PT Badak Natural Gas Liquefaction (NGL), salah satu perusahaan pengolahan gas alam cair atau liquefied natural gas terbesar di dunia yang mayoritas sahamnya dimiliki PT Pertamina (Persero), mencatatkan penjualan LNG sebesar 189 standar kargo atau sekitar 10,6 juta metrik ton per tahun. Realisasi penjualan LNG ini sekitar 111% di atas target sepanjang tahun lalu sebesar 170 standar kargo.
“Tahun ini perseroan memproyeksikan penjualan LNG sebesar 147 kargo atau sekitar 8,3 juta metrik ton per tahun, turun dibandingkan realisasi tahun lalu,” ujar Salis S Aprillian, Direktur Utama Badak NGL. Penurunan penjualan itu lebih disebabkan oleh berkurangnya pasokan gas alam dari hulu.
Untuk mencapai target penjualan LNG tahun ini, Badak NGL mengalokasikan belanja modal dan operasi sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,76 triliun. Alokasi belanja modal antara lain untuk untuk modifikasi kilang (interconnecting module 1&2), DCS retrofit, dan lean gas project. “Kami memang ada maintenance salah satu train, akan tetapi sudah ada back up sehingga kilang tetap bisa beroperasi dengam empat train,” ujarnya.
Selain itu, menurut Salis, Badak NGL menyusun beberapa skenario untuk dapat melanjutkan operasi dalam bingkai yang diberi nama the Second Life Cycle of Badak NGL. Di antara skenario itu adalah masuknya produser baru, yaitu ENI Jangkrik yang memiliki gas kering (lean gas) dan kemungkinan meningkatnya kembali produksi Blok Mahakam pasca-pengalihannya kepada Pertamina.
Untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kinerja di tengah pelemahan harga migas, Badak NGL juga melakukan efisiensi biaya di berbagai fungsi/departemen dengan tetap mempertahankan reliabilitas (keandalan) dan keamanan kilang LNG. Efisiensi itu dilakukan antara lain melalui renegosiasi asuransi kilang, inhouse maintenance, in-house dry docking untuk tugboat, renegosiasi pengadaan, in-house traning, dan restrukturisasi organisasi.
Menurut Harry Karyuliarto, pengamat gas, turunnya harga minyak mentah dunia dan ditambah kondisi kelebihan pasokan di wilayah Asia Pasifik, pasar LNG tidak menggembirakan, harga LNG internasional otomatis tertekan sangat rendah. Di kalangan pelaku bisnis LNG, kondisi terebut sering disebut dengan buyers market.
“Ini adalah momentum untuk beli LNG. Sayangnya, meskipun kesempatannya ada, infrastruktur domestiknya belum memadai sehingga Indonesia tidak bisa memanfaatkan kondisi tersebut,” katanya.
PT Badak NGL adalah perusahaan penghasil gas alam cair terbesar di Indonesia dan salah satu kilang LNG terbesar di dunia. Perusahaan ini dibentuk pada 26 November 1974 oleh Pertamina, Huffco Inc, dan Japan Indonesia LNG Company (JILCO). Pemegang saham Badak NGL adalah Pertamina 55%, Vico Indonesia 20%, Total E&P Indonesie 10%, dan JILCO 15%. (EA/DR/*)
Komentar Terbaru