Pakar ITB: Gunakan Euro4 Kendaraan Solusi Kurangi Polusi Udara di Jakarta
 
JAKARTA— Tingginya polusi udara di Jakarta dan sekitarnya dapat dikurangi dengan sejumlah solusi, salah satunya adalah menurunkan emisi pada sektor transportasi yang menjadi penyumbang utama polusi.
 
Puji Lestari, guru besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung, mengatakan solusi pertama yang dilakukan adalah implementasi Euro4 untuk kendaraan penumpang, bus, truk, serta sepeda motor. “Kendaraan berat itu jumlahnya cukup banyak, mobilitasnya tinggi, serta boros bahan bakar. Jadi, debu yang dihasilkan juga banyak,” katanya.
 
Adapun sepeda motor menyumbang polutan jenis CO. “Sepeda motor jumlahnya enggak kalah banyak. Untuk itu harus benar-benar dikendalikan emisinya,” kata PhD dari Illinois Institute of Technology (IIT) Chicago, AS.
 
Jika EURO4 sudah diimplementasikan dengan baik, lanjut Puji, emisi yang dihasilkan oleh kendaraan umum dan pribadi akan berkurang. “Euro4 itu terkait dengan teknologi kendaraan dan bahan bakar yang digunakan. Jadi harus support. Jangan mesinnya EURO4, tapi bahan bakarnya biasa,” katanya.
 
Selain pneggunaan EURO4, menurut Puji, pengurangan emisi bisa dilakukan dengan menerapkan stimulus untuk kepemilikan kendaraan listrik (EV) guna menggantikan kendaraan berbahan bakar minyak. “Selanjutnya, perlu disiapkan infrastruktur pendukungnya seperti SPKLU dan lain sebagainya,” katanya.
 
Dia juga menyarankan agar dilakukan kajian mendalam sehingga nantinya masyarakat luas bisa menggunakan EV untuk mengurangi polusi udara. “Dengan demikian, penjualan EV dan pembangunan fasilitas SPKLU bisa tepat sasaran,” ujar dia.
 
Solusi berikutnya adalah penggunaan bahan bakar gas alam terkompresi (Compressed natural gas/CNG) pada semua kendaraan bus dan truk. “Itu juga signifikan menurunkan angka emisi,” katanya.
 
Terakhir, kata Puji, pemerintah bisa menerapkan solusi scrapping system yaitu memusnahkan kendaraan yang melebihi batas usia pakai yang ditetapkan. “Sejumlah solusi tersebut, juga bisa dikombinasikan dengan langkah-langkah manajemen transportasi, seperti road pricing electronic serta penilangan jika ada pelanggaran standar emisi,” ujarnya.
 
Deret solusi tersebut, lanjut Puji, merupakan hasil penyempurnaan penelitian sebelumnya. “Semuanya membuktikan bahwa sektor transportasi masih menjadi penyumbang utama polutan di Jakarta,” katanya.
 
Saat ini, diakui Puji memang terdapat sejumlah masalah pada sektor transportasi yang mengakibatkan tingginya polusi di Jakarta. “Perlu ada implementasi kebijakan agar dapat secara efektif dan simultan mengurangi tingkat polusi di Jakarta,” katanya. (RA)